Yogyakarta – Rabu, 27 Juli 2022 Tim Dompet Dhuafa melakukan survey ke salah satu penerima manfaat dari Paguyuban Warung Beres Binaan Dompet Dhuafa Jogja. Penerima manfaat (PM) tersebut bernama Pak Gito, beliau merupakan pemilik warung Mie ayam Cakruk. Usaha tersebut kini telah sukses berkembang dan memiliki cabang lain. Berawal dari penjualan apa adanya dan penghasilan yang tak seberapa. Saat ini warung beliau menjadi pusat percontohan dalam mengembangkan usaha.
Bermula pada tahun 2015 Pak Gito mendapat tawaran untuk mengikuti pembinaan dari dompet dhuafa. Pembinaan tersebut terwadahi dalam paguyuban yang dinamai dengan Paguyuban Warung Beres. Paguyuban ini di inisiasi oleh Dompet Dhuafa Jogja bersama PSPG UGM dan STIM YKPN.
Warung Beres merupakan salah satu program pemberdayaan Dompet Dhuafa Jogja. Paguyuban ini diinisiasi dari dana zakat yang disalurkan dalam bentuk pemberian modal dan juga pelatihan serta pendampingan pada para dhuafa. Paguyuban ini bertujuan penyaluran zakat tidak hanya membantu kebutuhan para dhuafa saat itu. Namun bagaimana dana itu tersalur dan dapat memandirikan dhuafa serta lebih sejahtera secara ekonomi. Dengan memberikan pelatihan bersama PSPG UGM mengenai bagaimana tips menjadi pengusaha yang sukses, bagaimana strateginya, dan juga pelatihan mengenai pembukuan oleh STIM YKPN.
Awal terbentuknya program ini berawal dari penyaluran dana zakat. Visi dari Penyaluran Dompet Dhuafa tidak hanya sekedar membantu, namun bagaimana bantuan tersebut dapat menumbuhkan dan memandirikan perekonomian asnaf yang terbantu. Penyaluran zakat di Dompet Dhuafa tidak hanya berupa bantuan sembako atau bantuan dalam bentuk uang tunai dan selesei. Namun Dompet Dhuafa juga membarengi penyaluran tersebut dengan pendampingan dan pembinaan sampai penerima manfaat mencapai kategori mandiri.
Berawal dari “Cakruk” dengan Hasil Ribuan ke Kios dengan Hasil Jutaan
Pak Gito merupakan salah satu peserta Paguyuban Warung Beres binaan Dompet Dhuafa. Beliau merupakan salah satu penjual mie ayam yang tergabung dalam paguyuban tersebut. Awalnya beliau belum memiliki kios, hanya sekedar menumpang tempat jualan di fasilitas umum masyarakat yaitu poskampling atau orang jawa sering sebut dengan nama “cakruk”. Sehingga pak gito menamai jualanya sebagai mie ayam cakruk.
Menjual 1 Kg Mie ayam terasa begitu sulit saat itu bagi Pak Gito. Bahkan untuk sekedar membeli susu untuk anaknya yang masih balita saat itupun pak gito harus berjualan dari pagi buta hingga tengah malam, dan hanya menghasilkan uang sebesar 6 ribu rupiah. Pilunya lagi saat berjualan di “cakruk” saat itu, Pak Gito tertabrak mobil yang mengalami rem blong. Nasib pilu tak berhenti sampai situ, dalam berjalanya waktu berjualan Pak Gito sempat terlilit hutang dengan beberapa rentenir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Setelah terlilit hutang tersebut meskipun bekerja begitu giat, Pak Gito merasa tak memiliki hasil sama sekali. Hingga akhirnya Pak Gito bertemu dengan salah satu amil DD Jogja di tahun 2015 untuk ikut bergabung di Paguyuban Warung Beres. Beliau mengikuti berbagai pembinaan dan arahan dari pembina.
Hingga lambat laun atas pendampingan dan dukungan dari DD, pak gito berinisiatif untuk menyewa kios. Karena keterbatasan modal juga, beliau mencoba untuk sewa jangka pendek bulanan terlebih dahulu. Pada satu bulan percobaan, dengan menerapkan semua bimbingan yang pernah DD berikan, Pak Gito mampu menjual 8 Kg mie ayam dalam sehari. Pada percobaan bulan bulan berikutnya Pak Gito mampu menjual 15 Kg Mie ayam dalam seharinya.
Karena terbilang cukup berhasil dalam percobaan. Pak gito pada akhirnya mengembangkan usahanya tak hanya pada menu Mie Ayam, akan tetapi juga pada menu Bakso. Alhamdulillah, pada menu tersebutpun juga cukup sukses. Hingga saat ini beliau dapat menjual lebih kurang lebih 18 kg Bakso, dan 14 kg Mie Ayam serta memiliki omset bersih rata rata 800 ribu rupiah dalam sehari.
Mandiri dan Memandirikan yang Lainnya
Bermula dari berjualan seorang diri dengan penuh peluh dan perjuangan, kini Pak Gito telah berhasil merekrut 4 kariyawan. Tak hanya itu, dengan penghasilan yang lebih dari cukup tersebut, Pak Gito masih sangat aktif sebagai anggota Paguyuban Warung Beres. Bahkan beliau jugalah yang mendorong teman lainya untuk menerapkan semua anjuran dan bimbingan dari setiap pendampingan dari Dompet Dhuafa.
Harapan beliau dapat berhasil juga seperti halnya beliau. Selain itu, sebagai bentuk dorongan, Pak Gito juga menanamkan modalnya pada paguyuban agar dapat bermanfaat untuk usaha teman yang lainya.
“Saya mengucapkan terimakasih kepada Dompet Dhuafa atas pendampingan dan bimbinganya selama ini hingga bisa seperti saat ini. harapan saya program-program seperti ini tetap terus dapat dijalankan dan dikembangkan. Sehingga semakin luas manfaat yang akan dirasakan oleh saudara-saudara lain yang mungkin memiliki nasib sama seperti saya dulu sebelum mandiri.” Harap Pak Gito pada sesi akhir pertemuan.