Bagaimana Hukum Puasa Asyuro dengan Niat Qada Sekaligus?

Bagaimana Hukum Puasa Asyuro dengan Niat Qada Sekaligus?

Bagaimana Hukum Puasa Asyuro dengan Niat Qada Sekaligus?

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H pada tahun 2022 jatuh pada tanggal 30 Juli 2022 kemarin. Memasuki bulan Muharram yang penuh kemuliaan, terdapat banyak anjuran pada umat Islam untuk mengerjakan amalan sunnah, salah satunya yaitu puasa Asyuro. Puasa Asyura sendiri merupakan puasa sunnah yang pengerjaanya pada tanggal 10 Muharram setiap tahunnya. Pada tahun ini perkiraan puasa asyuro akan jatuh pada tanggal 7 Agustus 2022.

Sebelum mengerjakan puasa Asyura, Islam menganjurkan pad aummatnya untuk mengerjakan puasa Tasua terlebih dahulu, yang mana jatuh pada tanggal 9 Muharram. melaksanakan anjuran ini bertujuan sebagai pembeda dengan umat Yahudi, karena pada hari asyura mereka juga berpuasa.

Karena sama-sama bersifat sunnah, kedudukan puasa Asyura dan Tasua lebih rendah jika bandingannya dengan qadha puasa Ramadhan. Hal ini karena qadha puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi mereka yang memiliki hutang puasa Ramadhan.

Namun, sebelum melakukan anjuran puasa ini, terdapat banyak pertanyaan khususnya pada wanita yang mempunyai hutang puasa ramadhan karena halangan rutin setiap bulanya. Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana jika membarengi puasa Asyuro dengan qadha puasa Ramadhan? Bagaimana hukumnya? Hukum Islam memperbolehkan atau tidak? Simak ulasannya berikut ini.

Pendapat Empat Mazhab Berbeda

Peneliti Rumah Fiqih Indonesia Ustadz Ahmad Zarkasih mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi, dalam hal ini ulama dari empat mazhab berbeda pendapat.

Menurut mazhab al-Hanafiyah dan al-Syafi’iiyah, mereka memperbolehkan menjalankan puasa sunnah walaupun ia masih mempunyai utang puasa di bulan Ramadhan. Pendapat tersebut berdasarkan peraturan mengenai ibadah qadha’ Ramadhan yang hukumnya wajib namun bersifat ‘ala al-tarakhi yang berarti boleh ditunda.

Sementara, menurut mahzab al-Malikiyah. Mereka berpendapat jika puasa sunnah makruh hukumnya apabila orang itu masih memiliki utang puasa Ramadhan. Menurut hal ini berarti umat Islam masih tetap boleh menjalankan puasa sunnah dan sah puasanya tapi akan lebih baik jika mengerjakan ibadah yang wajib dulu, yairu qadha’ Ramadhan.

Meskipun keempat mazhab berbeda pendapat mengenai hal ini, namun semua ulama dari kalangan empat mazhab itu sepakat jika ummat Islam untuk menyegerakan ibadah yang wajib.

Niat Membarengi Puasa Asyuro dengan Mengqada Puasa

Bagi yang hendak menjalankan puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah Asyura, harus memperhatikan bacaan niatnya. Karena niat puasanya berbeda dengan puasa Asyura bagi orang yang tidak memiliki hutang puasa. Para ulama sepakat jika mereka yang memiliki hutang puasa, wajib membaca niat qadha puasa Ramadhan saja. Berikut ini bacaanya:

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadh’I fardhi syahri Ramadhna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya:

“Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

Umat Islam tidak perlu khawatir mengenai pahala puasa, karena mereka yang mengqadha puasa di tanggal Tasua atau Asyura tetap akan mrndapat pahala yang sama yaitu menghapus dosa.
Sementara, untuk orang yang ingin mengerjakan puasa Asyura saja dan tidak memiliki hutang puasa dapat membaca niat puasa Asyura. Berikut ini bacaan doanya:

Nawaitu shouma fii yaumi aasyuuroo’ sunnatan lillaahi ta’aalaa
Artinya: saya niat puasa sunnah asyura sunnah karena Allah Ta’ala.

Keutamaan Puasa Asyura

Anjuran untuk mengerjakan puasa Asyura ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya:

“Puasa satu hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR. Muslim no. 1162).

Seperti halnya penjelasan tersebut, keutamaan puasa Asyura adalah dapat menghapuskan dosa selama setahun. Jadi orang yang dengan ikhlas menjalankannya, selain mendapatkan pahala mereka juga akan mendapat ampunan dan penghapusan dosa selama satu tahun terakhir oleh Allah SWT. Wallahualam

Menjelang 1 Muharram 1444 H, Inilah Keutamaan Puasa Asyura

Menjelang 1 Muharram 1444 H, Inilah Keutamaan Puasa Asyura

Menjelang 1 Muharram 1444 H, Inilah Keutamaan Puasa Asyura

1 Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah atau kerap disebut Tahun Baru Islam. Bulan ini merupakan salah satu bulan terbaik dari bulan lainya selain bulan Ramadhan.

Abu Utsman an-Nahdi mengatakan dalam Tahdzibut Tahdzib 6/249 oleh Ibnu Hajar: “Adalah para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama: Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari pertama bulan Muharram”.

Rasulullah SAW menyebutkan bulan Muharram sebagai syahrullah yaitu bulan Allah SWT. Sehingga bulan ini memiliki keutamaan-keutamaannya sendiri. Salah satu amalan yang utama pada bulan ini adalah Puasa.  Lantas apa keutamaan dari puasa pada bulan muharram ini? Yuk Simak penjelasannya!

Keutamaan Puasa Asyura

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

Tak hanya itu Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi dalam bukunya Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq menjelaskan, Rasulullah SAW selalu mengerjakan puasa di bulan Muharram semasa hidupnya.

Pendapat ini bersandar pada sebuah riwayat yang berasal dari Hafshah RA. Dia berkata:

“Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW yaitu: puasa Asyura (10 Muharram), puasa 10 bulan Zulhijah, puasa 3 hari setiap bulan, dan sholat 2 rakaat sebelum sholat fajar (subuh).” (HR Ahmad dan An-Nasa’i).

Dalam buku Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 4 karya Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, ada sejumlah hadits yang memperkuat kesunnahan puasa Tasu’a dan Asyura. Hadits ini bersumber dari Ibnu Abbas RA dan diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa pada hari itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Seandainya aku masih hidup tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada tanggal sembilan (Muharram).” (HR Muslim)

Mari sambut tahun baru hijriyah 1444 H dengan amalan sunnah yang telah nabi SAW contohkan. Semoga Allah mudahkan setiap niat baik dari amalan yang kita kerjakan.