Amalan-amalan Utama di Bulan Dzulhijah yang Wajib Sahabat Tahu
Bulan Dzulqoidah berakhir, dan Bulan Dzulhijah telah menampakan wajahnya. Bulan Dzulhijah merupakan salah satu bulan mulia di antara dua belas bulan lainya. Namun, sahabat tahu nggak sih, ada beberapa amalan yang diutamakan di bulan ini hloh. Apa saja amalan itu?
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad menejelaskan mengenai keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah. Ibnul Qayim rahimahullah berkata, “Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah. Dan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadhan.”
Dari penjelasan tersebut maka semakin jelas keutamaan amalan di sepuluh hari pertama Dzulhijah. Bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama jika melihat dari malamnya, sedangkan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama melihat dari hari (siangnya), karena pada hari itu terdapat hari nahr (qurban), hari ‘Arofah dan terdapat hari tarwiyah.
Untuk lebih lengkapnya mari kita simak amalan-amalan yang lebih utama pada bulan ini!
Lima Amalan Utama di Bulan Dzulhijah
Seperti halnya pada bulan ramadhan, bulan Dzulhijah merupakan salah satu bulan haram (diutamakan) dibandingkan bulan lainya. Hal inilah alasan mengapa pada bulan ini terdapat amalan yang lebih utama untuk mengerjakannya lebih dari pada biasanya. Amalan-amalan tersebut yaitu:
Puasa
Sunnah untuk memperbanyak puasa dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong kita untuk beramal sholeh ketika itu dan puasa adalah sebaik-baiknya amalan sholeh.
Selain itu juga menjadi anjuran untuk puasa arafah pada tanggal 09 Dzulhijjah tahun Hijriyah. Puasa Arafah menjadi anjuran bagi umat muslim yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji di Makkah. Cara melaksanakan puasa arafah sama seperti puasa sunnah lainnya.
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Pada hari Nahr (10 Dzulhijah) dan hari tasyriq sunnah untuk berqurban sebagaimana ini adalah ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Abu Yusuf dalam salah satu pendapatnya, Rabi’ah, Al Laits bin Sa’ad, Al Awza’i, Ats Tsauri, dan Imam Malik dalam salah satu pendapatnya.
Di antara dalil mereka adalah firman Allah Ta’ala,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat dan berkurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2).
Hadits ini menggunakan kata perintah dan asal perintah adalah wajib. Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diwajibkan hal ini, maka begitu pula dengan umatnya.
Para Jumhur ulama menafsirkan ayat tersebut dengan “Berqurbanlah pada hari Idul Adha (yaum an-Nahr). Udhiyah merupakan bentuk rasa cinta dan ketaqwaan seorang muslim kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Hajj [22]; ayat: 37)
Sedekah
Sebagaimana keutamaan hadits Ibnu ‘Abbas yang kami sebutkan pada awal tulisan. Hadist tersebut menunjukkan memperbanyak amalan sunnah seperti shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan beramar ma’ruf nahi mungkar merupakan sebuah anjuran. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama mengerjakannya pada hari itu akan menjadi lebih utama dan menjadi kecintaan Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya. Meskipun itu merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.
Haji
Yang paling afdhol pada sepuluh hari pertama Dzulhijah adalah menunaikan haji ke Baitullah. Ibadah haji merupakan salah satu ibadah dari rukun Islam yang kelima, dan wajib bagi setiap muslim yang mampu mengerjakan baik secara finansial maupun fisik.
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah [2]; ayat: 196-197)
Dzikir
Perbanyak dzikir termasuk bertahlil, bertasbih, beristigfar, bertahmid, bertakbir dan memperbanyak doa merupakan anjuran untuk mengerjakannya di bulan ini. Tidak hanya mengamalkannya pada bulan Dzulhijjah saja tetapi juga membiasakannya pada keseharian hidup kita.
Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan,
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا . وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ .
Ibnu ‘Abbas berkata,
“Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.”
Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah.
Itu tadi beberapa amalan yang bisa sahabat maksimalkan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini. Semoga bermanfaat.
Kurban Sekarang klik kemanusiaan.org
