Doa Amalan Bulan Rajab Apakah Ada Dalilnya? Simak Berikut!

Doa Amalan Bulan Rajab Apakah Ada Dalilnya? Simak Berikut!

Doa Amalan Bulan Rajab – Ada doa yang biasa dilafalkan umat muslim menjelang bulan Rajab. Namun para ulama belum sepakat dengan hukum Doa tersebut.

Doanya adalah “Allahumma barik lana fi rajaba wasya’bana waballighna ramadhana.”

Yang mana artinya,Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Syaban dan pertemukan kami padda bulan Ramadhan.

Doa amalan bulan rajab tersebut teriwayatkan oleh beberapa ahli hadits. Salah satunya adalah Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar. Imam An-Nawawi menilai status hadits tersebut lemah atau dhaif.

Baca Juga: Keutamaan Bulan Rajab dan Amalannya, Kamu Wajib Tahu!

Dalam kitab Al Adzkar, pada bab tentang puasa, tertulis; Kami meriwayatkan dalam kitab Hilyatul Auliya dengan Sanad lemah yang ia terima oleh Ziyad An-Numair dari Anas bin Malik RA. Ia mengatakan bahwa memasuki bulan Rajab, Nabi SAW bersabda:

“Semoga Allah memberkahi kita di bulan Rajab dan Syaban. Dan sampaikanlah kepada kami dengan bulan Ramadhan.”

Imam An-Nawawi menilai hadits tersebut lemah. Ulama lain menganggap perawi Hadits Ziyad An-Numair yang meriwayatkan hadist tersebut, sebagai munkarul haidst. Ada juga ulama berpendapat bahwa sebuah hadits dapat tertulis namun tidak dapat menjadi dalil (hujah).

Hadits yang mana berupa doa dan harapan baik tersebut, tidak ada hubungannya dengan iman dan ibadah Mahdhah. Hadits ini lemah anggapan para ulama. Imam An-Nawawi nampaknya menilai bahwa kelemahan hadis tersebut tidak terlalu penting karena dalilnya masih ada dalam kitab Al-Adzkar.

Sebagian ulama menyimpulkan bahwa hadits tersebut dhaif namun masih bisa sebagai amalkan. Karena boleh mengamalkan doa seperti dalam Hadits selama seseorang tidak meyakini bahwa Hadits tersebut berasal dari Nabi Muhammad SAW. Allahua’lam

Baca Juga: Amalan Bulan Rajab Menurut Al Quran, Kamu Wajib Tahu!

Doa Amalan Bulan Rajab, Menurut Para Ulama

Doa Amalan Bulan Rajab

Ada riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, belliau, meriwayatkan:

“Ya Allah, berkahilah kami di Rajab dan Sya’ban dan berkahilah kami di bulan Ramadhan.”

Hadits ini tidak teriwayatkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali melalui rantai periwayatan dari perawi Zaidah bin Abi Ar-Raqqad

Perlu dipahami bahwa hadist ini tidak diriwayatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selain dari seorang perawi hadist: Zaidah bin Abi Ruqqad.

Berikut beberapa pendapat para ulama tentang zaidah bin Abi Ruqqad ini:

  • Al-Bukhari mengatakan: “Perawi ini Munkarul Hadits”
  • Abu Daud berkata: “Saya tidak tau hadistnya”
  • An-Nasai berkata: “Saya tidak tahu, siapa orang ini”
  • Ad-Dzhabi Dalam Diwan Ad-Dhu’afa berkata: “Perawi ini tak bisa dijadikan hujah”
  • Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan: “Munkarul Hadist”

Tak hanya itu, seorang perawi yang bernama Ziyad bin Abdillah An-Numairi Al-Bashri. Ia mendapat banyak komentar dari para ulama, antara lain:

  • Yahya bin Main berkata: “Hadistnya dhaif”
  • Abu Ubaid Al-Ayuri berkata: “Saya bertanya kepada Abu Daud tentang Ziyad ini dan beliau melemahkannya.”
  • Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin mengatakan: “Munkarul hadits. Dia meriwayatkan beberapa cerita dari Anas yang sama sekali tidak seperti hadits sebenarnya.”
  • Ad-Daruquthni, “Dia tidak kuat”
  • Ibnu Hajar berkata: “Lemah”

Masuk dalam Kategori Hadist Dhaif

Para ulama hadits juga mengomentari kisah ini:

  • An-Nawawi Al-Adzkar pada Hal. 274 menyatakan, “Kami dapat riwayat dari Hilyatul Auliya dengan sanad yang lemah.”
  • Ad-Dzahabi dalam Mizan I’tidal, 3:96, ketika dia menyebutkan biografi seorang Zaidah bin Abi Ruqqad, beliau berkomentar: “Lemah”.
  • Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 2: 165 berkata: Hadits ini teriwayatkan oleh Al-Bazzar dan sanad Zaidah bin Abi Ruqqad. Al-Bukhari mengatakan: Hadits dari Munkarul Hadist. Sedangkan sebagian ulama lainnya mengatakan Perwai Majhul (tidak diketahui).
  • Syekh Ahmad Syakir pada takhrij Musnad Imam Ahmad berkata: “Sanad tersebut lemah.” Beliau juga mengklaim bahwa pada riwayat ini merupakan tambahan dari Abdullah bin Ahmad yang teriwayatkan dari orang lain selain ayahnya (Imam Ahmad).
  • Syekh Syu’aib Al-Arnauth juga mengatakan hal yang sama dalam Takhrij Musnad.
  • Syaikh Al-Albani mengutip tafsir Al-Baihaq dalam Syu’abul Iman, 3: 375 yang menyatakan:
    Zaidah bin Abi al-Raqad merupakan satu-satunya yang meriwayatkan hadits ini. Zaidah bin Abi Ruqqad mengambil cerita dari Ziyad. Bukhari berkata: “Zaidah bin Abi Ruqqad dari Ziyad An-Numair, Munkarul Hadits.”

Berdasarkan semua keterangan tersebut, dapat tersimpulkan bahwa sanad hadits ini berstatus lemah. Oleh karena itu tidak dapat digunakan sebagai rujukan. Semoga Bermanfaat Sahabat.

Editor by: Dompet Dhuafa Jogja

YUK BERSEDEKAH

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *

error: Content is protected !!