Fakta Bulan Safar, Benarkah Bulan Penuh Kesialan?

Fakta Bulan Safar, Benarkah Bulan Penuh Kesialan?

Fakta  bulan safar –  Pada kalender hijriah  Safar merupakan bulan kedua setelah  Muharram memiliki makna “ kosong.” Dalam bahasa Arab merujuk kebiasaan penduduk arab pada zaman dulu yang sering melakukan aktivitas berpergian meninggalkan rumah dengan  keadaan kosong untuk mencari makanan atau berperang.

Namun beberapa orang masih beranggapan bahwa bulan Safar adalah sejenis penyakit perut yang berbentuk ulat besar mematikan. Inilah yang membuat penduduk Arab pra-Islam menyebutnya sebagai bulan sial.

Mengutip pada laman mui.or.id menjelaskan bahwa waktu tersebut pada zaman jahiliyah para penduduk Arab meyakini sebagai Shafarul Khair ( kosong dari kebaikan ).

Keyakinan tersebut semakin terkikis dengan masuknya ajaran agama Islam. Mengajarkan bahwa tidak ada hari, waktu lainnya yang dapat mendatangkan kesialan. Semua hal apapun itu merupakan kejadian yang sudah Allah SWT hendaki.

Kepercayaan akan datangnya malapetaka pada bulan tersebut hanyalah sebuah mitos atau khurafat.

Yaitu meyakini suatu keburukan, kesialan serta datang nya marabahaya karena sesuatu selain takdir Allah.

Rasulullah SAW dalam riwayat hadist Bukhari secara tegas berkata:

“ Tak ada penularan suatu penyakit ( dengan sendirinya), tidak tepat adanya thiyarah ( mengaitkan suatu nasib buruk dari apa yang dilihat atau dengar), tak benar apabila ada seekor burung menunjukkan akan ada kematian pada suatu keluarga, tidak benar apabila beranggapan bahwa bulan Safar akan bernasip sial”.

Janganlah meyakini suatu kejadian karena suatu hal lain selain kepada Allah, karena hal tersebut bukanlah golongan dari orang beriman.

Habib Abu Bakar Al- Adni seorang tokoh Islam dari Yaman dalam Mandhumah Syarh al-Atsar fi Ma Warada’an Syahri Shafar  menjelaskan bahwa bulan safar memiliki keistimewaan, karena pada waktu tersebut telah terjadi peristiwa baik dalam sejarah Islam, yaitu:

  1. Pernikahan Nabi Muhammad SAW  bersama Sayyidah Khadijah 
  2. Pernikahan Sayyidina Ali  bin Abi Thalib bersama Sayyidah Fatimah az-Zahra
  3. Hijrahnya Rasulullah SAW dengan selamat  dari kota Makkah ke kota Madinah
  4. Terjadinya perang Abwa dan perang khaibar sebagai perang besar yang mendatangkan kemenangan saat melawan kaum kafir

Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu membaca doa pada setiap malam pergantian bulan. Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu’anhu, berkata:

“ Nabi Muhammad SAW berdoa ketika melihat bulan: “ Ya Allah, tampakkan al-Hilal tersebut kepada kami ( jadikanlah ini bulan) pembawa keamanan serta keimanan, dengan keselamatan dan Islam’. ( HR At-Tirmidzi 3451, Hasan)”

“Ya Allah, jadikanlah ini bula pembawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, wahai bulan petunjuk sert kebaikan.” ( HR Ahmad dan AAt-Tirmidzi)

Itulah fakta bulan safar, anggapan bahwa bulan safar memiliki arti sebagai bulan kesialan tidaklah tepat. semua kejadian apapun itu tidak karena waktu melainkan karena kebesaran Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *