Hikmah perang Khaibar, Keteguhan Sang Rasull Dalam Membela Islam

Hikmah perang Khaibar, Keteguhan Sang Rasull Dalam Membela Islam

Hikmah perang khaibar – Peperangan  terjadi pada tahun 7 Hijriah, tepatnya setelah adanya perjanjian Hudaibiyah ( Shulhu al-Hudaibiyah)  pada bulan Zulkaidah 6 Hijriah (Maret 628 M) dan sebelum terjadinya perang fathu di Makkah pada 20 Ramadhan 8 Hijriah .


Khaibar merupakan sebuah oasis yang terletak sebelah utara Kota Madinah, daerah yang  makmur karena tanahnya yang subur sehingga cocok untuk bercocok tanam berbagai jenis tanaman seperti kurma, biji – bijan serta buah – buahan.

Daerah sebagian besar wilayahnya berpenduduk kaum Yahudi yang cukup berpengaruh dalam bidang ekonomi serta politik sejak awal perkembangan Islam.

Latar belakang  perang khaibar karena adanya penghasutan dari tokoh Bani Nadhir kepada para penduduk dengan memberikan citra buruk kepada Rasulullah. Tidak hanya sampai itu aja  adanya ketakutan serta kekhawatiran tersaingi oleh  umat Islam, para suku Yahudi bersama kaum Quraisy melakukan konspirasi dengan memberikan dukungan kepada kaum Quraisy seperti pada perang Khadaq.

Terjadinya konflik bertubi – tubi antara penduduk Khaibar dengan umat Islam membuat hubungan dua suku ini tidaklah baik, pengasutan kepada orang – orang Bani Quraizah oleh Khaibar untuk melanggar Piagam Madinah yaitu ketetapan adanya kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, serta keselamatan harta benda dari kejahatan.

Rasulullah memimpin peperangan ini dengan membawahi sekitar 1.400 – 1.600 bala tentara Muslim, kemudian membawanya melalui Gunung Ashr dan bermalam di lembah Ar-Arji, pada pagi harinya pasukan muslim menyerang daerah Khaibar. Dalam Hadist riwayat Anas bin Malik, Rasulullah bersabda:

Allahu Akbar! Hancurlah Khaibar! Kami jika turun menyerang di halaman satu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang – orang yang diperingatkan itu.” (HR. Bukhari. Lihat juga, Abd al-Qadir Syaibah al-Hamd, al-Qashash al-Haq fi Sirah Sayyid al-Khalq Muhammad Saw, [Riyadh, 2013] halaman 337).

Sasaran pertama dalam peperangan ialah benteng Na’im namun gagal dalam dua hari, kemudian Ali bin Abi Thalib memutuskan untuk turun pada hari ke tiga dan akhirnya benteng Na’im berhasil di kalahkan.

Satu per satu benteng Khaibar berhasil di kalahkan oleh pasukan Muslim, ketika pasukan Khaibar mengalami kekalahan, mereka berlari menuju benteng Qamush, perang terus berkecamuk selama 14 hari dan akhirnya orang – orang Khaibar memutuskan untuk berdamai.

Lantas apa saja hikmah perang khibar itu? yuk simak penjelasan berikut ini:

Perang Khibar telah usai, namun kaum Yahudi masih berupaya untuk membunuh Rasulullah. 

Datanglah seorang wanita yang membawa kambing guling kesukaan sang Rasul ketika sedang beristirahat, namun dibalik kebaikan tersebut ternyata kambing guling tersebut sudah dibubuhi racun.

Awalnya Rasulullah tidak mengetahui bahwa kambing guling yang diberikannya sudah dibubuhi dengan racun, saat mulai memakannya seketika kaki bergetar dan sang Rasul mengetahui, maka dimuntahkanlah semua makanan itu.

Nabi Muhammad SAW menanyakan kepada wanita tersebut kenapa menambahkan racun pada makanan ini, dan kemudian Rasulullah memaafkan  dan tidak menghukum perbuatan wanita itu.

Kebencian kaum Yahudi kepada Nabi Muhammad, ditolaknya ajakan damai oleh sang Rasull tidak membuatnya untuk marah bahkan membenci mereka, beliau berikan sebuah keleluasaan untuk bercocok tanaman kepada mereka agar mereka dapat merasakan akan kesuburan tanah Khaibar.

Upaya kaum Yahudi  menyuap Abdulah bin Rawahah untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dikeluarkan, Akan tetapi Abdulah menolak dan menjawab “ Apakah kalian ingin memberikan aku harta yang haram? Cintaku kepada Rasulullah sangatlah besar dan kebencian ku kepada kalian tidak akan membuatku berbuat tidak adil kepada kalian.”Itulah sosok mukmin yang bertakwa di jalan Allah, bersikap jujur tidak terpengaruh untuk menerima sesuatu yang bukan menjadi haknya.

Sahabat itulah hikmah perang Khaibar, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk teguh dalam membela kebenaran, bersabar dan berbesar hatilah dalam menegakkan kebenaran di jalan Allah.


Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *