Rabu wekasan bulan safar – Jatuh pada tanggal 04 September 2024, merupakan hari Rabu terakhir pada bulan safar tahun 1446 Hijriah yang terkadang beberapa orang masih meyakini menjadi hari malapetaka.
Hadist riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim menjelaskan bawah pada zaman jahiliah orang – orang masih mempercayai suatu penyakit dapat menular dengan sendirinya tanpa berkeyakinan bahwa semua itu adalah kehendak Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “ Tidak ada wabah ( yang menyebar dengan sendirinya tanpa adanya kehendak Allah), tidak juga ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engakau menghindari singa”.( HR Imam al-Bukhari dan Muslim).
Sehat maupun sakit, selamat maupun musibah, semua kembali kepada takdir Allah. Kejadian suatu penularan penyakit hanyalah sarana akan kebesaran Allah. Namun, meskipun semuanya kembali kepada-Nya, semata – mata bukan penularan kita tetap wajib untuk berikhtiar serta berusaha agar terhindar dari musibah. Selain itu kita tidak boleh meramal maupun mempercayai ramalan hal – hal apapun itu karena manusia hanya bertawakal kepada Allah, bukan terhadap zat lain.
Apabila seorang muslim berfikir sebuah perkara kesialan, maka dia akan berada dalam dua situasi. pertama dia akan mengikuti perasan prasangka kesialan dengan memberikan sikap respon tindakan dan menggantungkannya pada prasangka tersebut, sedangkan situasi kedua adalah ketika orang tersebut akan memikirkannya saja namun tidak memberikan sebuah respon tindakan dari prasangka tersebut. Ketahulilah keduanya hakikatnya tidak boleh, apapun itu hendaknya hanya bersandar kepada Allah SWT.
Baca Juga: Fakta Bulan Safar, Benarkah Bulan Penuh Kesialan?
Mengutip dari pernyataan Syekh Ibnu Hajar al-Haitamy dalam Al-Fatwa al-Haditsiyah bahwa:
“ Barangsiapa bertanya tentang hari sial dan sebagaimana untuk mengikuti bukan untuk meninggalkannya dan memilih apa yang harus dikerjakan serta mengetahui keburukannya, semua itu merupakan perilaku orang Yahudi dan bukan petunjuk orang Islam yang bertawakal kepada Allah SWT, tidak berdasarkan hitung – hitungan dan terhadap Tuhannya selalu bertawakal. Dan apa yang dikutip tentang hari – hari nestapa dari sahabat Ali ialah batil dan dusta serta tidak ada dasarnya sama sekali, maka berhati – hatilah dari semua itu”(Ahkamul Fuqaha;2010:54).
Amalan rabu wekasan bulan safar
Dalam tradisi nuansa religi, menyambut hari rabu wekasan biasanya adanya aktivitas tradisi seperti berdoa, sholat sunnah dan bersedekah. Lantas apa saja amalan tersebut, mari simak penjelasan berkut ini:
1. Sholat Sunnah
Sebagian para ulama menyatakan bahwa sholat Rabu Wekasan hukumnya haram, karena tidak adanya dalil shahihnya.
Namun Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Quds al-Maki dalam Kanz al-Najah wa al-Sunur menjelaskan apabila sholat rabu wekasan hanya di niatkan sebagai sholat sunnah mutlak maka itu di perbolehkan.
2. Berdoa
Berdoalah hanya kepada Allah, karena pada hakikatnya bulan safar di sunnahkan untuk perbanyak doa
3. Beristighfar
Memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa yang telah perbuat. Menyarankan untuk melakukan istighfar oleh semua umat muslim, baik untuk kesalahan kecil maupun besar, baik sengaja maupun tidak disengaja.
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa:
مَنْ أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Artinya: ” Barang siapa yang memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka – sangka”. (HR Ahmad).
4. Membaca Al-Quran
Merupakan kitab suci umat muslim yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup, dengan membacanya menjadi salah satu ibadah yang memang sangat di sarankan dalam Islam. Akan mendapatkan pahala besar serta keberkahan yang luar biasa bagi orang yang telah membaca serta mengamalkannya.
Dengan demikian menjelaskan bahwa rabu wekasan bulan safar dalam Islam merupakan hari seperti pada umumnya, bukan merupakan hari kesialan, hal tersebut hanyalah sebuah keyakinan pada zaman jahiliah pra-Islam. Semua waktu adalah baik, suatu kejadian apapun itu hanya Allah yang menghendaki. Oleh sebab itu mari perbanyaklah berdoa, dan bertawakal hanya kepada Allah agar kita selalu dalam lindungan-Nya.. Aaamminn