Mengapa Musibah Datang Bertubi? Nomer 2 Sering Tak Disadari!
Musibah Gempa Cianjur belum juga teredam kesedihannya, kini Indonesia kembali di kejutkan dengan kabar duka lainya dari ujung Timur Jawa Lumajang, yaitu dengan Erupsinya Gunung Semeru. Sedih rasanya hati melihat dan membaca bagaimana kondisi saudara terdampak bencana yang sedang berjuang di dalam pengungsian, dengan fasilitas seadanya. Sempat nggak sih sahabat merasa, kenapa sih musibah sepertinya tak berhenti terus menerpa. Apa yang menyebabkan ini terjadi? Perbaikan apa yang mestinya terwujud?
Hal tersebut pasti sempat terbersit dalam benak pikiran anda bukan? mari kita bedah bersama apa sebenarnya yang sedang terjadi pada negeri tercinta ini.
Simak Penjelasan Berikut!
1. Ujian dapat menyerang siapa saja tanpa pandang bulu
Ujian dapat menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Sebagaimana orang miskin teruji, orang kaya pun demikian. Sebagaimana rakyat jelata teruji, maka para penguasa juga merasakan hal yang sama. Bahkan, bisa jadi ujian yang para penguasa rasakan, dengan orang-orang kaya lebih berat daripada orang miskin dan rakyat jelata.
Jangan mengira hanya si miskin yang menangis akibat ujian yang ia hadapi, atau hanya si miskin yang merasakan ketakutan. Para penguasa bisa jadi lebih banyak tangisan serta ketakutan yang terus menghantuinya daripada si miskin. Intinya, setiap yang bernyawa pasti mendapat ujian sebelum maut menjemputnya, siapapun orangnya. Pernah mendengar istilah rumput tetangga lebih hijau? atau orang jawa sering menyebut dengan istilah “wangsinawang”. Sebagian dari kita tak menyadari bahwa yang terlihat belum tentu yang terjadi sebenarnya. Belum tentu yang dari luar terlihat bahagia, adalah hamba yang luput dari ujian Allah SWT.
Entah teruji dengan kesulitan, atau teruji dengan kelapangan. Setiap hamba harus dapat melewatinya. Ia akan Allah SWT kembalikan dan mintai pertanggungjawaban atas setiap sikap dan keputusan dari setiap ujian yang ia lewati. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS. Al Anbiyaa’ : 35).
2. Dunia merupakan Medan Ujian
Memang dunia ini adalah medan ujian, kehidupan ini adalah medan perjuangan, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maha Suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk : 1-2).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Huud : 7).
Jikalau orang kafir juga tidak selamat dari ujian kehidupan, maka bagaimana dengan seorang yang beriman kepada Allah? Pasti akan menghadapi ujian juga. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan ‘kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al- Ankabuut : 2). Begitu juga dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “ Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan dan kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al- Baqoroh : 155).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh melapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya :’bilakah datangnya pertolongan Allah?’. Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al- Baqoroh : 214).
Dari beberapa ayat tersebut jelas tergambarkan bagaimana letak ujian bagi para hamba Allah SWT.
3. Pertanda Iman yang Meningkat
Bahkan semakin tinggi iman seseorang maka semakin banyak ujian yang akan ia hadapi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian ya Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),ng paling sholeh dan seterusnya. Seseorang diuji berdasarkan agamanya, jika agamanya lemah maka ia diuji berdasarkan agamanya. Dan ujian senantiasa menimpa seorang hamba hingga meninggalkan sang hamba berjalan di atas bumi tanpa ada sebuah dosapun” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 143).
Jika anda terkadang merasakan ujian yang terus menimpa anda maka itulah yang pernah dirasakan oleh seorang Imam besar sekelas Imam Syafii. Al-Imam Asy Syafii rahimahullah berkata : “Cobaan zaman banyak tidak habis-habisnya…
Dan kegembiraan zaman mendatangimu (sesekali) seperti sesekalinya hari raya. Bahkan terkadang ujian datang bertubi-tubi dan bertumpuk-tumpuk. Imam Syafii rahimahullah juga berkata : “ hal-hal yang dibenci tatkala datang bertumpuk-tumpuk… Dan aku melihat kegembiraan datang sesekali”.
4. Bahan Perenungan untuk yang sedang Tertimpa Musibah
Yakinlah bahwa selain anda yang mendapat ujian. Ada hamba lainya yang sedang teruji, bahkan lebih besar dari ujian yang sedang anda jalani. Ada yang teruji dengan kemiskinan, ada yang teruji dengan harta, jabatan dan kekuasaan, ada pula yang teruji dengan istri yang berakhlak buruk. Tak jarang mendapati wanita yang teruji dengan suami yang bejat. Banyak bentuk ujian yang menimpa setiap hamba pada muka bumi ini.
Bersabarlah dengan ujian yang sedang anda hadapi. Bersyukurlah karena anda masih dapat memikulnya. Karena bisa jadi jika anda mendapatkan ujian yang lainya, maka anda tidak akan mampu menghadapinya. Yakinlah bahwa Allah tidak menguji kecuali dengan ujian yang mampu hambanya pikul dan seleseikan.
Terkadang syaithon membisikkan kepada anda bahwa ujian yang sedang anda hadapi terasa sangat berat dan tidak mungkin untuk anda pikul. Istigfarlah ketika bisikan itu sempat tersbersit, dan berdoalah selalu minta untuk Allah kuatkan dalam menghadapi setiap ujian dari-Nya. Selalu ingatlah bahwa saat ini masih terlalu banyak orang dengan ujian yang jauh lebih berat dari ujian yang seddang anda hadapi.
5. Penghapus Dosa dan Signal Kerinduan-Nya
Bukankah menghadapi ujian dengan kesabaran menjadi penghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat?
Bahkan bisa jadi Allah menghendaki anda untuk meraih sebuah tempat yang tinggi kelak pada sisih-Nya. Yang mungkin tak akan anda peroleh dengan hanya sekedar amalan sholeh. Anda tidak akan mampu untuk sampai ke tempat tinggi tersebut kecuali dengan menjalani ujian-ujian yang tidak henti-hntinya untuk mengangkat derajat anda.
Ingatlah, dengan ujian terkadang kita baru sadar bahwasanya kita ini sangatlah lemah dan selalu membutuhkan Allah Yang Maha Kuasa. Terkadang kita baru mengenal yang namanya kusyu’ dalam sholat. Serta merasakan kerendahan beserta deraian air mata dan nikmatnya ibadah tatkala musibah menerpa.
Bisa jadi ujian atau musibah menerpa menjadi signal kerinduan-Nya akan sujud sujud kekhususkan dari anda.
6. Penghilang Sifat Ujub pada Diri
Ingatlah, dengan ujian atau musibah yang menimpa kita, terkadang menghilangkan sifat ujub pada diri. Karena tatkala kita rajin beribadah dan selalu mendapatkan kenikmatan terkadang timbul ujub dalam diri kita dengan merasa bahwa diri kita hebat selalu beruntung. Jangan sampai kita salah persepsi dengan menganggap tanda kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah tidak ditimpanya sang hamba dengan musibah. Bahkan perkaranya justru sebaliknya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Jika Allah mencintai sebuah kaum maka Allah akan menguji mereka” (Dishahihkan oleh Al- Albani dalam As-Shahihah no. 146).
Berhuznudzonlah kepada Allah, yakinlah bahwa dibalik ujian dan musibah yang menimpamu ada kebaikan dan hikmah. Justru jika ujian tersebut tidak datang dan jika musibah tersebut tidak menimpamu, maka akan lebih buruk kondisimu. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia amat baik bagi kalian” (QS. Al-Baqoroh : 216).
Bahkan bisa jadi musibah atau ujian yang kita benci tersebut bahkan mendatangkan banyak kebaikan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka mungkin kalian membnci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (QS. An-Nissa : 19).
Ingatlah bahwasanya tidak ada istirahat total, kegembiraan total, kecuali di akherat kelak. Selama anda masih hidup di dunia maka siap-siaplah dengan ujian yang menghadang. Bersabarlah, tegarlah demi meraih ketentraman dan kebahagiaan abadi kelak di surga. Ada orang awan yang berkata “Kalau mau hidup di dunia harus siap diuji ya, jangan hidup di dunia!”.
Terkadang seorang Muslim mendekati Allah SWT saat sedang dirundung malang atau kesusahan.
Saat susah, dia meningkatkan ibadahnya. Sementara ketika senang, dia menjauh dari Allah SWT. Ibadahnya pun menurun lagi.
Terus begitu secara berulang-ulang. Kembali kepada Allah hanya ketika ditimpa malapetaka. Pendakwah Mesir, Mustafa Husni, memberi penjelasan soal ini. Terkadang, kata Husni, seorang Muslim tidak perlu terlalu dalam untuk memahami hikmah Allah SWT. Sebab, itu bisa memunculkan kerisauan hati yang berlebihan.