Kisah Lahirnya Nabi Muhammad, 3 Saksi Peristiwa Besar

Kisah Lahirnya Nabi Muhammad, 3 Saksi Peristiwa Besar

Lahirnya Nabi Muhammad- Nabi Muhammad SAW lahir di kabilah besar Bani Hasyim pada Tahun Gajah tahun 570 Masehi, tepatnya pada 12 Rabiul Awal. Pada saat itu, pasukan gajah dipimpin oleh Abrahah dari Habasyah berusaha menghancurkan Ka’bah. Namun, Allah SWT kirimkan burung ababil untuk melawan pasukan tersebut, dan kisah ini tercatat dalam dalam Al-Qur’an Surat Al-Fil ayat 1-5.

Beberapa peristiwa luar biasa telah terjadi bersamaan dengan lahirnya Nabi Muhammad. Pada malam yang tenang, Senin, 12 Rabiul Awal di Tahun Gajah (570 Masehi), pancaran cahaya yang muncul dari langit Mekkah menjadi saksi atas kelahiran beliau.

Dalam Surah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury  menceritakan tentang lahirnya Rasulullah SAW yang sering kita sebut dengan peringatan Maulid Nabi. Pada saat kelahiran Beliau, terjadi beberapa peristiwa luar biasa yang menjadi tanda akan lahirnya sosok manusia agung yang kelak menjadi Nabi penutup zaman.

Nabi Muhammad SAW merupakan seorang putra dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahb. Abdullah, ayahnya, adalah putra seorang pemimpin Suku Quraisy yang sangat dihormati. Beliau lahir  dalam keadaan sebagai anak yatim, karena sang ayah telah meninggal sebelum beliau dilahirkan.

 Beberapa riwayat lain menyebutkan tanggal kelahiran beliau adalah 9 Rabiul Awal, pada tahun kedatangan pasukan Gajah yang dipimpin Abrahah, atau 40 tahun setelah berakhirnya kekuasaan Kisra Anusyirwan.

Ibnu Sa’ad meriwayatkan  ibunda Rasulullah Sayyidah Aminah bahwa: “Ketika aku melahirkannya, dari farajku keluar cahaya yang menerangi istana-istana negeri Syam.” Riwayat serupa juga disampaikan oleh Imam Ahmad, ad-Darimi, dan lainnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi saat kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut menunjukkan adanya irhashat, yaitu tanda-tanda awal  kenabian beliau.

Kemudian Ath-Thabari dan Al-Baihaqi  meriwayatkan beberapa peristiwa  menjadi saksi dari irhashat tersebut, di antaranya:

1. Runtuhnya 14 balkon istana kekaisaran Persia, sebagai tanda kehancuran kekuasaan mereka yang akan datang.  

2. Padamnya api suci yang selama berabad-abad disembah oleh kaum Majusi, menandakan berakhirnya kepercayaan mereka.  

3. Gereja-gereja di sekitar Danau Saawah hancur setelah air danau tersebut menyusut, menandakan perubahan besar dalam tatanan keagamaan dan sosial.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAQ bersabda:

دَعْوَةِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ وَبِشَارَةِ عِيسَى قَوْمَهُ، وَرُؤْيَا أُمِّي الَّتِي رَأَتْ كَأَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا نُورٌ أَضَاءَتْ لَهُ قُصُورُ الشَّامِ

Artinya: “Aku adalah doanya kakekku Ibrahim, kebar gembira yang dikabarkan oleh Nabi Isa kepada kaumnya, dan mimpi ibuku yang ia lihat, seakan-akan keluar darinya cahaya yang menyinari istana-istana negeri Syam.” (HR Ahmad 17163)

Setelah beberapa tahun Nabi Muhammad SAW tinggal bersama sang ibunya, beliau kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Abdul Muthalib sangat menyayangi beliau dan memberikan perhatian yang besar kepadanya. Ia selalu berdoa dan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, melihat adanya tanda-tanda kenabian pada cucunya yang kelak akan menjadi pembawa risalah bagi seluruh umat manusia.

Kemudian, Abdul Muthalib menyerahkan bayi Muhammad kepada ibu asinya yaitu Halimah binti Abi Dzuaib,  berasal dari Bani Sa’ad bin Bakar. Pada saat itu, Halimah dan rombongannya datang ke Makkah dengan harapan agar bayi Muhammad dapat tumbuh di lingkungan pedesaan yang bersih, alami, dan jauh dari keramaian kota. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga diharapkan dapat belajar dan menguasai bahasa Arab yang fasih, sebagaimana tradisi anak-anak Quraisy yang sering diasuh oleh keluarga di pedesaan.

Awalnya saat  Rasulullah masih bayi, rombongan Halimah menolak untuk menyusui beliau, karena mereka mengharapkan sebuah imbalan. Namun, Halimah menyatakan untuk bersedia menjadi ibu asi Nabi Muhammad meskipun tanpa adanya jaminan imbalan . Abdul Muthalib kemudian membawanya ke pemukiman Bani Sa’ad, tempat Rasulullah tinggal dan diasuh selama empat tahun.

Halimah memulangkan Nabi Muhammad SAW kepada ibunya Aminah, saat beliau berusia lima tahun. Setelah itu, Nabi Muhammad memulai kembali kehidupannya bersama sang ibu serta kakeknya Abdul Muthalib. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *