kisah nabi muhammad membelah bulan – Salah satu mukjizat luar biasa Nabi Muhammad yang terjadi di bulan Sya’ban dan diingat sepanjang masa adalah peristiwa terbelahnya bulan. Terdapat tentang sebuah ayat Nabi Muhammad membelah bulan dalam hadits dari Anas bin Malik RA berbunyi:
أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً، فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ الْقَمَرِ فَأَرَاهُمُ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ حَتَّى رَأَوْا حِرَاءً بَيْنَهُمَا
Artinya: “Sesungguhnya, ahli Makkah pernah meminta kepada Rasulullah SAW supaya memperlihatkan satu tanda bukti kepada mereka. Kemudian, beliau memperlihatkan bulan yang terbelah dua hingga Gunung Hira dapat mereka lihat di antara kedua belahannya,” (HR Bukhari dan Muslim).
Kisah Nabi Muhammad Membelah Bulan
Diceritakan dalam kitab Durratun Nasihin, pada masa itu terdapat seorang raja yang sangat fanatik menyembah berhala, yaitu Habib bin Malik dari Syam. Suatu hari, ia menerima surat dari Abu Jahal yang memberitahukan tentang agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Setelah membaca surat itu, muncullah keinginan untuk bertemu nabi dengan membawa 12 ribu orang ke Makkah. Sesampainya di perbatasan, ia mengirim utusan untuk memberi tahu pada Abu Jahal bahwa dirinya sudah sampai di al-Abthah (perbatasan Makkah).
Adanya rasa penasaran terhadap Nabi Muhammad SAW, salah seorang dari Bani Hasyim mengatakan bahwa sewaktu kecil, beliau dikenal sebagai anak yang dapat dipercaya, jujur, dan memiliki akhlak mulia. Namun, ketika menginjak usia 40 tahun, ia mulai menyebarkan agama baru yang berbeda dengan keyakinan para leluhur.
Nabi Muhammad SAW mengenakan jubah merah dan surban hitamnya, memenuhi permintaan Raja Habib bin Malik untuk bertemu. Beliau datang ditemani oleh Siti Khadijah dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Namun, sebelum tiba di tempat pertemuan, Khadijah menangis sepanjang perjalanan, khawatir akan keselamatan suaminya. Kekhawatiran tersebut juga dirasakan oleh Abu Bakar.
Setibanya di lokasi, Nabi Muhammad SAW disambut dengan hangat dan dipersilakan duduk di sebuah kursi yang terbuat dari emas. Ketika beliau duduk, wajahnya memancarkan cahaya yang begitu indah dan berkilau, membuat semua yang hadir terpukau dan terpesona menyaksikan keagungan beliau.
Pada saat yang sama, Raja Habib bin Malik mempertanyakan mukjizat Nabi Muhammad SAW, karena nabi sebelumnya juga memiliki mukjizat. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad SAW mempersilakan raja untuk menyampaikan permintaannya terkait mukjizat yang ingin dilihat, kemudian raja meminta kepada Nabi Muhammad SAW untuk menenggelamkan matahari yang sedang bersinar lalu menggantikannya dengan bulan. Setelah itu, ia meminta bulan tersebut diturunkan ke bumi dan dibelah menjadi dua bagian.
Raja Habib bin Malik meminta agar bulan yang telah dibelah itu dimasukkan ke dalam lengan kanan dan kiri Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, ia menginginkan Nabi mengeluarkan kembali kedua belahan bulan tersebut dan menyatukannya lagi. Selain itu, ia juga meminta agar Nabi memerintahkan bulan untuk mengakui beliau sebagai Rasul, dan yang terkahir bulan harus dikembalikan ke tempat asalnya di langit. Jika Nabi berhasil melakukan semua itu maka sang raja berjanji akan beriman dan mengakui kenabiannya.
Abu Jahal yang berada di sana, merasa sangat gembira. Ia meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW tidak akan mampu memenuhi permintaan Raja Habib bin Malik dan melihatnya sebagai kesempatan untuk meragukan kenabian beliau.
Nabi Muhammad SAW Berdoa di Gunung Abi Qubais
Nabi Muhammad berjalan menuju Gunung Abi Qubais dan melaksanakan shalat dua rakaat di sana. Gunung tersebut berdekatan dengan Masjidil Haram, berada searah dengan Hajar Aswad, dan berdekatan dengan Bukit Shafa.
Rasulullah mengangkat tangannya tinggi-tinggi, kemudian berdoa kepada Allah agar permintaan Raja Habib bin Malik dikabulkan. Tiba-tiba, tanpa diketahui oleh orang lain, turunlah 12 ribu malaikat yang menyampaikan salam dari Allah SWT kepada Rasulullah. Para malaikat itu mengatakan bahwa mereka senantiasa mendampingi Nabi, dan bahwa Allah telah menetapkan keputusan-Nya sejak zaman azali.
Para malaikat memintanya untuk menemui raja tersebut guna membuktikan kerasulannya, karena hanya Allah yang mengendalikan matahari dan bulan serta menggantikan siang dan malam. Selain itu, malaikat juga menyampaikan bahwa Raja tersebut memiliki seorang putri yang cacat—tidak memiliki kaki, tangan, dan buta. Namun, Allah telah menyembuhkan putrinya sehingga ia kini bisa berjalan, meraba, dan melihat dengan sempurna, sebagai tanda kekuasaan Allah dan bukti kenabian Nabi Muhammad.
Baca Juga: 10 Mukjizat Nabi Muhammad SAW sebagai Bukti Kekuasaan Allah SWT
Ketika Rasulullah menemui raja, matahari mulai tenggelam, menjadikan suasana semakin remang-remang. Setelah beliau selesai berdoa, bulan terbit dengan cahaya yang terang, lalu terbelahlah bulan menjadi dua bagian. Dengan dua jarinya, Rasulullah memberikan isyarat agar kedua belahan bulan itu turun kepadanya. Disertai suara gemuruh besar sekumpulan awan turut mengiringi turunya bulan ke arah beliau, kemudian masing – masing bagian masuk kedalam lengan Rasulullah sebelah kanan dan kiri seperti apa yang diminta oleh raja.
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW mengeluarkan potongan bulan dari lengannya dan menyatukannya kembali seperti semula. Peristiwa ini membuat semua orang yang menyaksikannya terperangah kagum saat Nabi menggenggam bulan yang bersinar terang. Di saat yang bersamaan, bulan mengeluarkan suara yang jelas: *Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah*, menyaksikan keesaan Allah dan mengakui kenabian Muhammad.
Menyaksikan mukjizat Nabi Muhammad, semua orang terkejut karena yang mereka saksikan bukanlah mimpi, melainkan kenyataan. Raja Habib bin Malik menyadari bahwa keajaiban ini tidak mungkin dimiliki oleh manusia biasa, termasuk mereka yang ahli dalam sihir. Meskipun hatinya masih ragu, ia ingin menguji Nabi lebih lanjut. Sebelum raja bisa berbicara, Nabi memberitahu bahwa putrinya yang cacat telah disembuhkan oleh Allah dan kini menjadi sempurna. Raja terkejut, karena hanya orang-orang terdekat yang mengetahui tentang putrinya. Mendengar hal ini, ia merasa gembira dan mengajak penduduk Makkah untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka, lalu mengucapkan kalimat syahadat.
Di sisi lain, Abu Jahal marah dan menganggap itu semua sihir. Ketika tiba di istana, putrinya menyambutnya dengan mengucapkan syahadat, dan tubuhnya kini sempurna. Ia menceritakan bahwa dalam mimpinya, seorang pria tampan memberitahukan bahwa ayahnya telah memeluk Islam, dan jika ia ingin menjadi seorang muslimah, tubuhnya akan sempurna setelah mengucapkan syahadat. Raja pun sujud syukur kepada Allah atas kebesaran-Nya.
Sahabat, begitu besar kuasa Allah, dengan adanya kisah Nabi Muhammad Membelah Bulan telah membuktikan atas kebesaran-Nya, dimana Allah akan menghendaki segala hal yang Allah hendaki untuk hambanya yang selalu beriman serta bertakwa kepada-Nya.