Kisah Perang Al Abwa – Sebanyak dua puluh enam kali Nabi Muhammad SAW telah mengikuti peperangan dalam mesyiarkan agama Islam. Salah satu di antaranya adalah perang Abwa’ atau sering disebut dengan peran Waddan.
Perang Abwa’ atau Waddan merupakan nama daerah yang terletak di antara kota Mekkah dan Madinah. Tragedi perang pertama Islam yang disebabkan karena adanya tekanan serta cobaan yang sangat kuat dari kaum Quraisy kepada kaum muslim yang membuat para kaum mulsim untuk berhijrah ke Madinah.
Ketika para umat muslim hijrah ke Madinah ternyata para kaum Quraisy tetap melakukan penganiyayaan, ancaman, hinaan, fitnah selalu berdatangan menyerang mereka , tidak lama setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah para kaum Quraisy mengumumkan untuk perang melawan beliau beserta umat muslim.
Kisah Perang Al Abwa
Ketika kaum Quraisy mengajak para umat muslim untuk berperang, tibalah waktu tersebut dan kemudian bersama ijin Allah Nabi Muhammad bersama pasukannya siap melawan mereka.
Rencana dan strategi sudah Rasulullah buat untuk melawan mereka dengan menyekat para kaum Quraisy yang didominasi dengan oleh orang – orang kafir dan Musryik, kemudian beliau bersama umat muslim serta sahabatnya bergegas untuk menuju lokasi perang.
Namun strategi tersebut gagal, karena para kaum Quraisy telah pulang terlebih dahulu. Sayangnya tanpa Nabi Muhammad sadari bahwasanya mereka telah disekat oleh kaum kafir dengan kepemimpinan Makhsy bin Amr adl-Dlamrah, serta beberapa koalisi kaum kafir dari Bani Dlamrah.
Keadaan tersebut membuat pasukan muslim merasa terancam dan siap untuk berperang, namun maksud dari Bani Dlamrah bukanlah untuk melakukan peperangan melainkan untuk melakukan perjanjian damai.
Baca Juga: 5 Kisah Teladan Rasulullah yang Jarang Diketahui
Syekh ‘Ali bin Ibrahim bin Ahmad al-Halabi dalam kitab karangannya menjelaskan isi tentang perjanjian tersebut yaitu:
بِسْمِ اللّهِ الرّحْمَنِ الرّحِيمِ. هَذَا كِتَابٌ مِنْ مُحَمّدٍ رَسُولِ اللّهِ لِبَنِي ضَمْرَةَ، فَإِنّهُمْ آمِنُونَ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأَنّ لَهُمْ النّصْرَ عَلَى مَنْ رَامَهُمْ إلا أَنْ يُحَارِبُوا فِي دِينِ اللّهِ. وَإِنّ النَّبِي إذَا دَعَاهُمْ لِنَصْرِهِ أَجَابُوهُ، عَلَيْهِمْ بِذَلِكَ ذِمّةُ اللهِ وَذِمّةُ رَسُولِهِ، وَلَهُمْ النّصْرُ عَلَى مَنْ بَرَّ مِنْهُمْ وَاتّقَى.
Artinya: “ Dengan menyebut nama Allah Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. ini merupakan surat perjanjian dari Nabi Muhammad untuk Bani Dlamrah, dan sesungguhnya mereka akan mendapatkan pertolongan menghadapi orang – orang yang menyerang mereka, kecuali jika mereka memerangi agama Allah. Dan, jika Rasulullah meminta pertolongan kepada meereka, merka pun akan menolongnya. Mereka mendapat jaminan keamanan dari Allah dan Rasul-nya dan diberi pertolongan dari mereka yang baik dan menjaga (perjanjian).” (‘Ali al-Halabi, Insanul ‘Uyun fi Siratil Aminil Ma’mun, [Bairut, Darul Kutubil ‘Ilmiah: 2004], juz II, halaman 347).
Sahabat itulah kisah perang Al Abwa, sebagaimana penjelasan di atas mengartikan bahwasanya pasukan umat muslim memiliki kekuatan militer yang kuat dan terbukti berhasil menang melawan tentara kaum kafir.