Mengapa Berlebihan Dalam Beribadah Itu Termasuk Akhlak Tercela?

Mengapa Berlebihan Dalam Beribadah Itu Termasuk Akhlak Tercela?

Mengapa berlebihan dalam beribadah itu termasuk akhlak tercela – Al-Quran surah Al Baqarah ayat 21 berisikan bahwasanya seluruh umat muslim diperintahkan untuk selalu beribadah dan menyembah  hanya kepada Allah. Bahkan setiap rasul dalam dakwahnya selalu berikan seruan untuk selalu beribadah dan menyembah kepada-Nya.
Merujuk pada Taafsir Kementrian Republik Indoesia, beribadah kepada Allah memiliki arti menghambakan diri kepada Allah dengan penuh kekhusyukan. Allah SWT berfiman:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اعۡبُدُوۡا رَبَّكُمُ الَّذِىۡ خَلَقَكُمۡ وَالَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ

Artinya: “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu serta orang – orang  sebelum kamu, agar kamu bertakwaa.” (QS.Al Baqarah: 21)

 Allah ciptkan manusia kemudian mengembangbiakkan mereka, memberikan taufik, memelihara, menjaga serta memberikan nikmat agar manusia dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai hamba Allah.

Bertakwa sepenuhnya kepada Allah yaitu bertakwa dengan cara beribadah menggunakan jiwa dan raga kita sepenuhnya hanya untuk Allah,  dilakukan secara khusyuk, merendahkan diri, menghadirkan di dalam hati bahwa Allah MahaAgung, merasakan bahwa sedang bermunajat hanya kepada Allah yang MahaEsa serta Maha Menentukan.

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْلَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَغِنَّهُ يَرَاكَ

“Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan  – akan kamu melihatnya. Jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu”.

Allah memang memerintah seluruh umat nya untuk selalu beribadah hanya kepada-Nya, namun bukan bearti kita harus beribadah sepanjang hari dari terbit fajar sampai tenggelamnya fajar hingga lupa akan hak – hak dirinya.  Beribadah berlebihan bukanlah akhlak tercela namun menjalankan ibadah  secara berlebihan hingga hak – hak fisiknya tidak dipenuh, menyiksa diri dan menyebabkan sakit hal tersebut tidak lah tepat, Rasulullah tidak menyukai tindakan tersebut.

Dalam ajaran agama Islam, kehidupan dunia dan akhirat haruslah seimbang, janganlah sampai seseorang hanya sibuk mengejar urusan dunia  ataupun akhirat saja. AL-Quran dalam surah Al-Baqarah ayat 2 menegaskan:

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ 

Artinya: “ Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan periharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Ayat diatas disebut juga sebagai doa sapu jagat, Allah menegaskan kepada  para hamba-Nya agar meminta sebuah keseimbangan antara dunia dan akhirat.

Tafsir dari Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa beribadah dalam urusan duniawi adalah kesehatan, rezeki yang lancar, ilmu yang bermanfaat dan lainnya, sementara beribadah dalam urusan akhirat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan di akhirat dan surga. Ibnu Katsir, Tafsîr Al-Qur’ânil ‘Adzîm, [Giza: Maktabah Auladisy Syaikh, 2000], juz II, h. 262)

Hadist riwayat Imam al-Bukhari menjelaskan, bahwa suatu ketika datang tiga sahabat kepada istri – istri Rasulullah. Mereka penasaran dengan cara Nabi Muhammad beribadah, begitu mendengarkan penjelasan mengenai cara Nabi Muhammad SAW beribadah mereka sangatlah terkejut, mereka mengira bahwa ibadah beliau sangatlah tinggi dan luarbiasa namun faktanya tidak.

Para sahabat nabi menilai, bahwa cara Rasulullah beribadah sangatlah wajar, karena beliau adalah seorang nabi yang memiliki keistimewaan, sehingga apapun kesalahan yang dilakukan dijamin mendapatkan ampunan oleh Nya. Berbeda dengan kita sebagai seorang hamba biasa, kita harus menggiatkan lagi dalam beribadah. “ siapa yang beribadah paling giat, maka dialah yang akan mendapatkan pahala terbanyak”. Ujar sahabat Rasul.

Rasulullah pun mendengarnya, kemudian menghampiri mereka dan berucap “ Apa benar kalian berkata demikian?” Rasululah mengawali. “ Demi Allah, saya adalah seseorang yang paling bertakwa diantara kalian, namun saya tidak selalu menjalankan sholat sunnah malam secara tarus menerus, saya tidak setiap hari berpuasa dan saya juga tetap menikahi wanita!” ungkap Rasulullah.

“siapa yang tidak menyukai sunnahku, maka dia bukan bagian dariku!” tegas Rasulullah.

Ibnu Hajar menegaskan bahwa terlalu berambisi dalam beribadah akan memberikan rasa bosan. Apabila sudah bosaan maka akan membuat semangat beribadah menjadi turun. berbeda apabila ibadah yang dilakukan dengan sewajarnya ( tidak malas, serta tidak berlebihan), maka ibadah tersebut akan berjalan konsisten. (Ibnu Hajar, Fatḫul Bârî, juz IX, h. 7)

Wallahu a’lam bishawab 

Sahabat itulah pembahasan mengapa berlebihan dalam beribadah itu termasuk akhlak tercela?, jawabanya adalah bukan namun beribadah secara berlebihan, membuat hak – hak fisik tak terpenuhi sehingga menyebabkan sakit itu adalah sesuatu hal yang tidak disukai oleh Rasulullah. Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk seimbang dalam beribadah, yaitu beribadah untuk duniawi dan akhirat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *