Sifat Keteladanan Nabi Muhammad yang Patut Dicontoh

Sifat Keteladanan Nabi Muhammad yang Patut Dicontoh

Sifat Keteladanan Nabi Muhammad SAW – Lahir pada bulan Rabiul Awal, di angkat menjadi Rasul pada  tanggal 17 Ramadan tahun 611 Masehi. Pada usia menjelang 40 tahun dengan mendapatkan wahyu pertama kalinya yaitu Surat Al-Alaq ayat 1-5 melalui malaikat Jibril saat berada di Gua Hira.
Di balik penerimaan wahyu tersebut, Rasulullah telah  memiliki sifat mulia yang wajib kita teladani dalam kehidupan sehari -hari yaitu  sidik,tabligh, fathonah, dan amanah.

Teladan Nabi Muhammad tergambar dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

 Hadist tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad merupakan uswah hassanah ( teladan kebaikan ) terutama bagi: 1) Berharap kepada ridho Allah SWT, 2) Mengharapakan adanya kehidupan setelah kematian, 3) seseorang yang terus menerus ingin mengingat-Nya.

Lantas apa sifat teladan Nabi Muhammad SAW itu? yuk simak penjelasan berikut ini.

 Nabi Muhammad SAW memiliki sifat siddiq yang memiliki arti  “ benar “ atau “ jujur” , Allah selalu menjaga segala perkataan serta perbuatan Nabi Muhammad sehingga apapun itu perkataanya atau perbuatannya pasti benar dan jujur.

 Surah An-Najm ayat 3-5 berbunyi:

ا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى ٣ اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ ٤ عَلَّمَهٗ شَدِيْدُ الْقُوٰىۙ ٥

Artinya: “Dan tidak pula berucap (tentang Al-Qur’an dan penjelasannya) berdasarkan hawa nafsu (-nya). Ia (Al-Qur’an itu) tidak lain, kecuali wahyu yang di sampaikan (kepadanya) yang di ajarkan kepadanya oleh (malaikat) yang sangat kuat (Jibril).”

Firman di atas membutkikan bahwa semua yang Rasull lakukan selalu  sesuai dengan Al-Quran bukan atas kemauan sendiri, bahwa sebelum di angkat menjadi rasull Muhammad selalu bersikap jujur dan dapat di percaya, memiliki gelar “al-amin” yang berarti dapat di percaya.

Sifat teladan selanjutnya adalah “Tabligh” yang memiliki arti “ menyampaikan “ yaitu menyampaikan semua wahyu yang Allah berikan kepadanya.

Allah SWT memerintakan Nabi Muhammad untuk bersifat tabligh ketika menyampaikan wahyunya, surah Al-Maidah ayat 67 berbunyi:

۞ يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ ٦٧

Artinya: “Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika engkau tidak melakukan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjaga engkau dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.”

Beliau mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyampaikan wahyunya dengan mensyiarkan agama Islam dengan benar agar para umat muslim dapat memperbaiki serta mempersiapkan diri untuk dapat mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

Sifat teladan Nabi Muhammad SAW selanjutnya adalah amanah, memiliki arti dapat dipercaya  ketika melakukan sesuatu. 

Surah Al-A’raf ayat 68 berbunyi:

اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنَا۠ لَكُمْ نَاصِحٌ اَمِيْنٌ ٦٨

Artinya: “Aku sampaikan kepadamu risalah-risalah (amanat) Tuhanku dan aku terhadap kamu adalah penasihat yang terpercaya.”

Contoh konkrit Nabi Muhammad merupakan sosok yang amanah adalah ketika beliau dipercaya Khadijah RA untuk mengelola dagangnya ke negeri Syam.

Sifat terladan yang terakhir adalah fatonah, yang memiliki arti bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki  intelektual  luar biasa tinggi. Pandai serta selalu mengoreksi diri sendiri, memperbaiki dengan menambah amallan sebagai bekal dalam menghadapi kematian.

عن ابي يعلى شداد ابن اوس رضي الله عنه قال قال رسول الله ص م الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ الاَمَانِيَّ (رواه الترميذي)

Abu Ta’ala Syidad bin Aus radhi Allah anhu berkata. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang sempurna akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersedia beramal sebagai bekal setelah mati. Dan orang yang rendah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Di samping itu, ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah.” (HR Tirmidzi).

Sahabat itulah sifat teladan Rasulullah semoga dapat menjadi motivasi  dan inspirasi untuk kita dalam menjalankan kehidupan sehari – hari. bahwasanya menjaga kepercaayaan, jujur sangatlah penting.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *