Tragedi Ar-Raji dan Bi’ru Ma’unah – Sebuah tragedi menyedihkan menimpa sepuluh sahabat Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam. Permintaan oleh Bani Udhal dan al-Qarrah kepada Rasulullah untuk mengirimkan seseorang agar dapat membantu mereka untuk mendalami ilmu agama Islam.
Rasulullah kabulkan permintaan Bani Udhal, kemudian beliau perintahkan para sahabatnya sebanyak sepuluh orang dengan kepemimpinan ‘Ashim bin Tsabit al-Aqlah, namun permintaan tersebut hanyalah akal bulus Bani Udhal.
Namun semua permintaan tersebut hanyalah akal bulus Bani Udhal, Bni Udhal seketika langsung membantai para sahabat setiba di daerah mata air Raji’. Kemudian pada bulan yang sama pada pengiriman sariyatu raji’ Rasulullah mengutus para sahabatnya sebanyak 70 orang ahli baca Al-Quran ke Najd.
Tragedi Ar-Raji dan Bi’ru Ma’unah
Ketika para sahabat Rasulullah telah sampai di desa Raji’, Bani Lahyan dengan 100 pemanah meminta mereka untuk segera meyerah, apabila menyerah Bani Lahyan akan berjanji untuk tidak membunuh mereka.
Para sahabat Rasul memutuskan untuk tidak menyerah dan terbunuhlah mereka sementara terdapat sahabat Rasul yang selamat dari pembunuhan tersebut karena memutuskan untuk menyerah yaitu Abdullah bin Thariq, Zaid in Datsinah, dan Khubaib bin Adi dan kemudian menjadikan mereka sebagai budak, namun hal tersebut tidaklah bertahan lama karena mereka akhirnya di bunuh oleh tuan – tuannya sebagai pembalasan kekalahan saat perang badar.
Sebelum Nabi Muhammad mengutus 70 sahabatnya untuk mengajarkan agama Islam di Najd, beliau khawatir akan keselamatan mereka mengingat tragedi Raji telah merenggut nyawa para sahabatnya. Abu Bara’ pun meyakinkan Rasulullah bahwa mereka akan menjamin keselamatan mereka dan akhirnya Rasulullah mengutus 70 para sahabatnya ke Najd.
Baca Juga: Hikmah perang Khaibar, Keteguhan Sang Rasull Dalam Membela Islam
Singkat cerita pada saat mereka sampai di wilayah Bir Ma’unah Amir bin Thaufil membunuh utusan dengan kepemimpinan Al-Mundzir bin Amir, terdapat satu sahabat Rasul yang selamat dari tragedi tersebut yaitu Amr bin Umayyah al-Dhamri yang kemudian pulang langsung menghadap Nabi Muhammad SAW untuk menceritakan tragedi pada waktu itu.
Mendengar dua tragedi tersebut Nabi Muhammad sangatlah terpukul dan sedih, karena tragedi tersebut terjadi hampir bersamaan yaitu sama – sama terjadi pada bulan safar.
Setelah kejadian tersebut Rasulullah setiap subuh selalu melafalkan doa qunud petaka / qunud nazilah pada setiap sholat subuhnya selama satu bulan bahkan lebih,Rasul berdoa akan perbuatan buruk orang – orang yang terlibat dalam pembunuhan para sahabatnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW mengajarkan para umatnya untuk melaksanakam doa qunud tersebut pada setiap sholat subuhnya.
Perlu kita ketahui bahwa tragedi ini bukan karena penghianatan perbuatan oleh Abu Bara melainkan dari anak saudaranya Abu Bara’ Amir bin Thufail.
Abu Bara telah berjanji memberikan jaminan perlindungan kepada utusan Rasul, namaun setelah adanya penghianatan tersebut Abu Bara’ Amir bin Thufail mengutus anaknya untuk membunuh Amir bin Thufil .
Amir bin Thufil terluka parah akibat tikaman tersebut, kemudian Amir berjalan menuju Madinah untuk membunuh Nabi Muhammad, beliau berdoa kepada Allah agar Amir bin Thufail mendapatkan ganjarannya dan di tengah perjalanan menghampiri Rasulullah Amir singgah di rumah seorang perempuan yang terkena penyakit dan Amir pun meninggal di padang pasir karena tertular penyakit tersebut.
Kejadian yang menimpa para sahabat Rasulullah, tragedi Ar-Raji dan Bi’ru Ma’unahmembuatnya bersedih, pertamakalinya beliau mengamalkan doa qunut nazilah selama kurang lebih satu bulan. Beliau mendoakan akan keburukan yang telah perbuat oleh semua orang yang terlibat dalam tragedi pembutuhan tersebut.