Yogyakarta – Menyambut bulan suci Ramadan 1445 H, Dompet Dhuafa Yogyakarta menyelenggarakan Care Visit yang dihadiri oleh 30 peserta influencer dan komunitas dengan mengunjungi dua tempat binaan Dompet Dhuafa Yogyakarta yaitu Kampung Edukasi Aloeland Kec. Ngilpar Kab. Gunung Kidul dan program Lurik Arana di Kec. Cawas, Kab. Klaten pada hari Sabtu 2 Maret 2024.
Bapak Muhammad Zahron menjelaskan kegiatan Care Visit Ramadan mendekatkan ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan sebagai upaya mensiarkan siar zakat dalam bentuk program pemberdayaan yang dilakukan Dompet Dhuafa Yogyakarta dan sebagai bentuk pertanggung jawaban dalam pengelolaan dana dari para donatur. “ Dengan Care Visit ini saya berharap masyarakat percaya dengan pengelolaan dana zakat di Dompet Dhuafa Yogyakarta melalui program zakat porduktif , sehingga program ini dapat lebih berkembang dan mencakup lebih luas lagi dalam program kebaikan lainnya”.
Sambutan dilanjutkan oleh Bapak Idris Kurniawan selaku perwakilan dari BMT Bina Insani sebagai mitra pengelola zakat bersaama Dompet Dhuafa Yogyakarta menjelaskan bahwasanya” kami melihat terdapat potensi ekonomi besar dengan penanaman ini, oleh karena itu kami mengajukan kepada Dompet Dhuafa Yogyakarta untuk mau mendampingi petani serta membantu dalam pemasarannya”.
Bapak Alan sebagai “lokal hero ” warga Nglipar menjelaskan kepada peserta bagaimana cara menanam, merawat dan memanen tanaman Aloevera.
Bapak Alan merupakan seorang lokal hero asli warga Nglipar yang berjasa besar dalam merintis serta mengelola kampung edukasi Aloeland, menambahkan bahwa “ Dulu banyak warga yang menolak dan enggan untuk menanam tanaman lidah buaya ini, padahal tanaman ini sangat potensial dan dapat mendorong tingkat perekonomian. Alhamdulilah dengan adanya dampingan program dari Dompet Dhuafa Yogyakarta kini masyarakat semakin tertarik untuk menanam dan mengolahnya menjadi beberapa produk makanan dan laku dipasar sehingga kini taraf perekonomian warga sekitar menjadi lebih baik”.
Pelatihan pengelolaan Aloevera kepada para peserta mulai dari pengupasan, pemotongan dan proses pengelolaan menjadi bahan makanan yang aman dikonsumsi.
Di Kampung Edukasi Aloeland para peserta belajar bagaimana cara menanam, merawat, memanen serta mengolah Aloevera menjadi bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi dan salah satunya diolah menjadi minuman Aloevera.
Pengenalan dari beberapa hasil kerajinan kain lurik kepada para peserta dengan menjelaskan kelebihan maupun value dari setiap jenis kain lurik yang dijelaskan oleh pihak Dompet Dhuafa Yogyakarta.
Untuk kunjungan Care visitselanjutnya berada di kerajinan Lurik Arana, yaitu kerajinan kain lurik merupakan program berbasis kelompok permberdayaan yang dikelola oleh Ibu Suyatmi sejak 2007, dan mulai didampingi oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta pada tahun 2018 berawal dari pendampingan yg berpusat di Dusun Tlingsing dan kemudian berkembang menjadi kelompok mandiri. Kerajian kalin lurik ini sudah diolah menjadi produk turunan seperti tas, baju, dan topi dengan pemasaran yang sudah mencapai luar pulau jawa. Ibu Suyatmi berkata “ Dengan adanya dampingan dari Dompet Dhuafa Alhamdulilah kini semakin berkembang terutama dalam hal pemasarannya, sehingga kita tidak tidak khawatir lagi menganai pemasaran dan persaingan pasar”.
Pelatihan menggulung benang dalam pembuatan motif kain lurik yang didampingi langsung oleh Bu Suyatmi
Dimana dalam proses pembuatannya dIproses dengan cara tradisional. Para peserta belajar bagaimana cara membedakan kain yang dibuat dengan mesin dan kain yang dibuat dengan alat tradisional. Selain itu peserta diajarkan cara membuat kain lurik dari tahap klosing yaitu mengikat benang (nyucuk), tahapan pembuatan motif (skir) dan menenun. ” Menurut saya ini sangat asik banget ya kak, karena disini kita bisa belajar langsung dalam proses pembuatan kain luriknya,kemudian disini belajar banyak banget dari proses pembuatan kain lurik, dan saya harap kedepan bisa nyoba lain. Kalo bisa Care Visitnya diadakan setahun lebih dari satu kali karena saya sangat penasaran dengan program binaan lainnya kak”. Ungkap Kak Arifah salah satu peserta dari komunitas Family Indonesia.