Gunungkidul, Yogyakarta – DMC Dompet Dhuafa Yogyakarta bekerja sama dengan Komunitas Banyu Bening adakan sosialisasi tentang pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari, yang dikemas dalam acara “Sekolah Air Hujan.” Kegiatan ini berlangsung di Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Selasa, 19 November 2024.
Kegiatan yang terselenggara di Balai Dusun Gagan ini berangkat dari terbatasnya pasokan air bersih di Desa Pengkol saat musim kemarau, serta pandangan tabu yang masih ada mengenai pemanfaatan air hujan untuk konsumsi.

“Dengan kondisi geografis Gunungkidul yang sering mengalami kesulitan dalam memperoleh air bersih akibat terbatasnya cadangan air bawah tanah, pemanfaatan air hujan bisa menjadi solusi yang baik bagi warga.”
Lulu Azizah, Staf Proyek Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim (KMAPI) Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa Yogyakarta, menjelaskan bahwa masyarakat biasanya mengandalkan beberapa sumber air, seperti belik, sungai, dan sumur bor, untuk memenuhi kebutuhan air mereka.
“Selama kemarau, masyarakat biasanya sangat bergantung pada bantuan tangki air. Namun, berkat banyaknya program sumur bor dan pipanisasi yang dilakukan berbagai pihak, permintaan tangki air di musim kemarau bisa berkurang. Meski begitu, kekurangan air masih tetap menjadi masalah,” kata Lulu.
Lulu juga berharap bahwa melalui Sekolah Air Hujan, masyarakat dapat memperoleh perspektif baru dalam memandang pemanfaatan air hujan.

“Awalnya, air hujan dianggap tabu, namun kini masyarakat mulai menyadari bahwa air hujan memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada air tanah dan sangat baik untuk dikonsumsi, termasuk bagi kesehatan. Selain itu, air hujan juga merupakan sumber daya yang mudah diperoleh,” jelas Lulu.
“Perubahan pola pikir ini sangat penting karena akan menjadi kunci dalam keberlanjutan pemanfaatan air hujan,” tambah Lulu.
Dalam acara ini, sebanyak 35 orang yang mewakili Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Pengkol, dusun, dan kelurahan hadir untuk mendengarkan materi tentang manfaat air hujan serta cara memanfaatkannya
Bu Ning, pendiri Komunitas Banyu Bening (Sleman), menyampaikan materi dan juga mempraktikkan cara memasang alat elektrolisis air, yaitu alat yang mengubah air hujan menjadi air minum melalui proses elektrolisis.
Di akhir kegiatan, penyerahan sepuluh alat elektrolisis air kepada masing-masing dukuh atau dusun di Desa Pengkol.
Melalui kegiatan Sekolah Air Hujan ini, diharapkan masyarakat Desa Pengkol dapat lebih memahami pentingnya air hujan sebagai sumber daya yang bernilai dan dapat bertahan lama.
Inisiatif ini tak hanya memberikan solusi untuk keterbatasan air bersih, tetapi juga menjadi langkah awal untuk membangun kesadaran lingkungan yang lebih luas. Karena Bumi hanya satu, mari berdaya mulai sekarang. (MAA/DMC Dompet Dhuafa)