Ali bin Abi Thalib adalah sepupu Nabi Muhammad SAW anak dari paman Abu Thalib yang telah ikut tinggal bersamanya sejak kecil, sejak kecil Ali telah mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW terutama dalam mempelajari serta meneggakkan agama Islam.
Kata kata Ali bin Abi Thalib tentang cinta dalam diam, karena pada saat itu Ali menyukai putri Muhammad SAW bernama Fatimah. Ia sembunyikan perasaan itu secara diam-diam bahkan sampai syaithon pun tidak mengetahuinya.
Fatimah Azzahra putri Muhammad SAW yang selalu taat, serta peduli kepada Ayah handa Rosulullah SAW. Tak hanya memiliki paras nan cantik namun memiliki hati yang begitu cantik bak melintasi batas langit ke tujuh. Namun saat itu Ali merasa rendah diri, timbul rasa kekhawatiran akan kemampuan dia dalam membahagiakan putri Rasulullah dengan keadaan sekarang yang masih terbatas.
Kisah Cinta Ali bin Abi Thalib Kepada Fatimah
Suatu ketika Fatimah mendapatkan sebuah lamaran dari seorang laki-laki yang selalu dekat dengan ayahanda Nabi Muhammad SAW bernama Abu Bakah Ash Shiddiq. Dia yang selalu bersama dengan Muhammad SAW, menaruhkan jiwa serta harta bendanya untuk menemani perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan agama Islam.
Dengan keadaan tersebut Ali merasa terguncang hatinya, merasakan kegelisahan dan ketakutan akan jawab Fatimah dari lamaran tersebut karena dia merasa bahwa tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Abu Bakar Ash Shiddiq serta tokoh-tokoh lainnya yang gencar serta ikut berjuang dalam menyebarkan risalah Islam sebersama Nabi Muhammad SAW. Sebutlah ‘Abdurrahman bin auf. Utsman, Thalhah, Sa’d bin abi Waqqsh dan lainnya. Serta kebaikan Abu Bakar Ash Shiddiq dalam membebaskan para budak seperti Bilal bin rabbah, keluarga yassir,’Abdullah ibn mas’ud.
Selain kebaikannya pada sisi financial Abu Bakar Ash Shiddiq lebih baik daripada Ali, dengan begitu Ali mengikhlaskan Fatimah apabila menikah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh Abu Bakar ternyata Fatimah memutuskan untuk tidak menerima lamaran tersebut, dengan keputusan tersebut Ali merasa senang karena masih memiliki kesempatan untuk mendapatkian Fatimah.
Namun ketenangan yang di dapatkan Ali hanyalah sementara, karena setelah menolak lamaran dari Abu Bakar, Umar Ibn Al Khatab melamar Fatimah. Merupakan seseorang yang gagah perkasa serta pemberani dengan gelar Al-Faruq merupakan sahabat terbaik kedua dari Rasulullah SAW, dimana seseorang yang telah mengangkat derajat kaum Islam , serta membuat syaithan berlarian karena takut, akan tetapi Fatimah menolaknya.
Kemudian Abdurahman bin Auf melamar Fatimah dengan membawa 100 unta bermata biru, 10.000 Dinnar. Namun Fatimah menolak lamaran dari Abdurahmanbin Auf dan setelah itu Usman bin Affanpun ikut memberanikan diir untuk melamar Fatimah dengan membawa marah seperti Abdurahman bin Auf. Namun Muhammad SAW menolaknya.
Suatu ketika sahabat Ali berbicara kepadanya .” Mengapa tidak kamu saja yang melamar Fatimah Ali?, aku marasa bahwa kamu yang diharapkan oleh Muhammad SAW.”
“Aku?”
“Iya, Engkau wahai sahabatku!”
“ Aku hanya seorang pemuda miskin, hal apa yang bisa aku andalkan?”
Sahabat berkata “ Kami ada dibelakangmu, Ali!”
Kemudian Ali bin Abi Thalib memberanikan diri menemui Rasulullah dengan duduk disamping dan berdiam diri. Kemudian Rasulullah bertanya” Wahai putra Abu Thalib, apa yang engkau inginkan?”.
Ali pun terdiam dan menjawab dengan suara bergetar “ Ya Rasulullah, aku ingin melamar putrimu Fatimah”, dengan mendengar itu Rasulullah SAW terkejut dan menjawab “ Bagus, wahai Ibnu Abu Thalib. Dalam beberapa hari terakhir banyak laki-laki datang menemuiku untuk melamar Fatimah, namun Fatimah menolaknya. Jadi tunggulah jawaban dari putriku.”
Kemudian Rasulullah menemui Fatimah untuk mengatakan bahwa Ali ingin melamarnya, namun Fatimah hanya terdiam yang menandakan bahwa itu jawaban untuk menerima lamaran Ali.
Rasulullah SAW menemui Ali kemudian berkata, “ Ali apakah kamu memiliki sesuatu untuk dijadikan mahar?”
Ali menjawab.” Ya Rasulullah , orang tuaku akan menjadi penebusnya untukmu Ya Rasulullah, tak ada yang aku sembunyikan dari engkau Ya Rasulullah. Aku hanya memiliki baju zirah, pedang dan seekor unta untuk membantuku dalam berkebun.”
Lantas Rasulullah SAW tersenyum kepada Ali, “ Wahai Ali, tidak mungkin kau terpisah dengan baju zirah bahkan pedang mu, serta untamu yang kamu gunakan untuk menyirami tanaman – tanaman mu. Akan Ku terima mahar baju besimu dan jualah untuk membeli mahar putriku.” Alipun menjawab dengan penuh gembira sebab Allah sebenarnya telah menikahkan kamu terlebih dahulu dilangit daripada di Bumi.” Riwayat dari Ummu Salamah ra.
Ali menjual baju besi tersebut dengan harga 400 dirham kemudian menyerahkannya kepada Nabi Muhammad SAW , kemudian Rasulullah membaginya menjadi tiga bagian. Yaitu untuk membeli keperluan rumah tangga, wewangian dan satu bagian lainnya Muhammad SAW kembalikan untuk biaya dalam menjamu tamu di pesta nanti.
Saat segalanya telah siap, dan telah berlangsungnya akad ijab kobul yang disaksikan oleh para Sahabat Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah putri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, Maka saksinkanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan mas kawin empat ratus dirham dan Ali Ridho atas mahar tersebut.
Pada malam harinya Fatimah berdialog dengan Ali bin Abi Thalib dengan suara bergetar Fatimah berkata “ Maafkan aku Ali, sebelum menikah dengamu aku telah merasakan jatuh cinta satu kali kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengan nya.”
Kemudian Ali menjawab “Kenapa kamu tidak menikah dengannya?, apakah kamu menyesal menikah dengan ku?”
Fatimah menjawab sabil tersenyum “ Pemuda itu adalah kamu Ali.”
Subhanallah, merupakan pujian terbaik seorang istri kepada suami yang bisa membahagiakan hatinya.
Itulah kata kata ali bin abi thalib tentang cinta dalam diam kepada istrinya Fatimah Azzahra, kisah cinta dalam diam untuk saling menjaga dan Allah satukan diwaktu yang tepat dengan ikatan suci pernikahan. Semoga informasi ini bermanfaat dan mengingatkan kita untuk selalu berdoa, dengan kerendahan hati memohon atas kebesaran Allah.