Ketika Allah memutuskan kepada kita untuk sakit, hal tersebut pasti memiliki sebuah alasan serta makna. Allah tidak mungkin mentakdirkan sesutau tanpa sebab yang mendasarinya maupun tanpa hikmah atas semua itu.
Allah pasti memiliki tujuan mupun hikmah atas semuanya untuk kehidupan kita yang lebih baik. Sehingga, tidak baik apabila kita terlalu banyak untuk mengeluh, apalagi su’udzhan kepada kebesaran Alllah.
Lantas apa makna sakit dalam Islam dengan tujuan turunkannya sebuah penyakit atau sakit yang melanda seseorang?.
Allah akan memberikan sakit maupun penyakit kepada semua golongan umatnya baik kaya maupun miskin, tua ataupun muda sehingga apabila sakit maka memintalah atau berdoalah kepada Allah SWT karena Allah sebagai Asy-Syafi yaitu maha penyembuh.
Namun pada dasarnya manusia memiliki sifat yang susah untuk bersyukur: innal insane lakarfurun mubin ( seseunggunya, manusia itu suka mengingkari tuhannya), Innal insan lakanud ( sesungguhnya, manusia itu sangat mudah ingkar tidak mudah bersyukur kepada Allah).
Allah memberikan kita sebuah kesulitan seperti menurunnya kesehatan kita maupun ketahanan tubuh kita, lalu dengan kerendahan hati penuh dengan keikhlasan serta ketulusan pada saat kita memohon kebesaran Allah sebagai zat maha penyembuh (asy-syafi) maka Allah akan menyembuhkannya dengan kebesarannya. Namun tidak sedikit umat-Nya yang sudah sembuh dari sakitnya lupa akan kebesaran Allah sebagai maha Aasy-Syafi.
Mengingat kisah Nabi Ayyub yang sakit selama 18 tahun sampai istrinya harus membopongnya untuk membantu dalam aktvitasnya, banyak orang terdekatnya baik keluarga maupun saudaranya yang memutuskan untuk mejauh darinya karena takut tertular dari penyakit Nabi Ayyub sehingga beliau meninggal di akhir hayatnya dengan keadaan sakit. Hal itu mengingatkan kepada kita bawasanya sakit itu akan menimpa kesiapa saja terutama nabi.
Anas bin Maalik meriwayatkan bahwa suatu hari Nabi Muhammad SAW melewati seorang kaumnya yang sedang sakit dengan raut wajah tidak baik – baik saja seakan menerima sebuah cobaan besar, lalu Nabi Muhammad SAW bersabda “ amakana ha’ula’i yas’alunallahal’afiyah ( apa kau ini tidak memohon kepadda Allah ‘afiyah?). hal ini mengingatkan kita ketia kita sakit untuk selalu berdoa dan memohon ‘afiyah-Nya.
‘Afiyah sebuah perlindungan wujud kebesaran Allah dari segala penyakit maupun marabahaya lainnya di dunia maupun di akherat Allahuma inni asaluka al ‘afiyah ( Ya Allah aku memohon hanya kepada Mu akan kebesaran Mu ‘Afiyah) menganjurkan untuk melafalkanya pada setiap pagi dan petang.
Nabi Muhammad SAW pernah bertemu dengan seorang kaum muslimin yang sakit sampai suaranya hamper hilang, beliau bertanya “ Apakah kamu memohon kepada-Nya agar mendapatkan semua ini?” “Hal apa yang telah kamu minta kepada Allah?” lalu kaumnya menjawab, “ Ya Allah, apabila Engkau akan menyiksaku pada hari pembaalasan, maka apakah cukup hukum aku pada saat di dunia saja?” lalu Allah menjawab doanya dengan memberikan sebuah hukuman hingga membuat suaranya nyaris hilang.
Mendengar hal tersebut Nabi Muhammad SAW terkaget “Bagaimana bisa seorang kaumnya meminta untuk mendapatkan sebuah siksaan di dunia ini sebelum pada hari kemudian?” beliau lalu bersabda “ Subhaallah, laatuthiquhu wa la tasatathi’uhu” jangan pernah engkau meminta kepada Allah supaya mempercepat hukuman selama di dunia. Lalu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kaumnya untuk berdoa pada saat sakit “ Allahumma rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah, waqina’adz a bannar”
Makna Sakit dalam Islam
Terbagai menjadi beberapa makna yaitu sebagai adzab dan cinta dengan penjelasan dibawah ini:
1. Sakit sebagai adzab
Allah SAW telah berfirman bahwa “ katakan:” Engkaulah yang kuasa untuk memberikan adzab kepadamu, dari bawah kamu atau dari atas kamu Allah campurkan kamu kedalam golongan yang saling bertentangan dan rasakan kebahagiaan kamu keganasan kebahasaan lain, perhatikan bahwa Allah mendatangkan tanda- tanda kebesaranya-Nya secara silih berganti agar hambanya memahami-Nya.” (QS. Al-An’aam: 65)
Sehingga bersegeralah untuk bertaubat agar mendapat kesembuhan, karena segala macam bencana yang kita terima pada dasarnya karena dari perbuatan kita. Dalam Asy-Syura :30 menjelaskan apa saja musibah yang telah menimpa kaum-Ku semua itu karena oleh perbuatanya sendiri, dan Sebagian besar Allah telah memaafkan kesalahannya.”
2. Sakit sebagai cinta
Allah SAW selalu menguji hamba – hamba-Nya untuk mengetahui siapa hamba-Nya yang paling tulus dalam beriman kepada-Nya. Allah menguji siapa yang paling tangguh, sabar dan tabah dalam menghadapi ujian dalam keadaan senang maupun susah. Sahabat Nabi Muhammad SWT berkata bahwa pada saat dia demam dapat menghapuskan dosa selama setahun.
Dalam Ath Thibb An Nabawi menafsirkan bahwa riwayat atsar ini memiliki dua pengertian.
Pertama, demam dapat meresap keseluruh persendian serta seluruh tubuh sedangkan jumlah sendi-sendi dalam tubuh terdiri dari 360, maka demam tersebut dapat menghapus dosa sebanyak jumlah persendian itu dalam sehari.
Kedua, demam berpengaruh dalam tubuh namun tidak akan menghilangkan semua dosanya selama satu tahun.
Syaikh Al Faqih Muhammad ibn Shalih Al-Utsaymin menyatakan bahwa :” Apabila kamu menerima musibah maka jangan kamu meyakini bahwa rasa sakit atau kesedihan yang datang, sampai duri yang mengenaimu, akan berlalu dengan tiada arti.”
Bahkan Allah akan mengganti dengan hal yang lebih baik (pahala) serta menghapuskan dosamu dengan alasan itu, seperti daun-daun yang gugur dari pohonnya
Demikian pembelajaran mengenai makna sakit dalam islam, disini kita belajar bahwa sakit memiliki arti dibalik semua itu yaitu sakit diartikan sebagai adzab dan bentuk sebuah cinta. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan selalu tak kenal lelah untuk berbenah diri untuk mendapat ridho-Nya