Rezeki Dari Allah Tidak Akan Tertukar – Salah satu perkara dunia yang banyak sekali manusia khawatirkan adalah mengenai rezeki. Banyak orang yang rela untuk pergi pagi dan pulang malam untuk menjemput rezeki. Bahkan tak jarang hal tersebut membuat akhirat terlupakan karena terlalu sibuk dengan mengejar rezeki dunia. Meskipun jika membandingkan usaha dengan hasilnya kadang tidak sebanding.
Dalam hidup ini, ada orang yang berhasil meraih kekayaan melalui kerja keras dan usaha yang tak kenal lelah. Di sisi lain, ada pula yang sejak lahir sudah memiliki harta melimpah. Namun, tak sedikit pula orang yang bekerja keras namun tak kunjung memperoleh hasil yang memadai, sementara ada yang terlihat sukses secara tiba-tiba meski sebelumnya hidupnya malas dan tak produktif. Bagaimana perspektif Islam mengenai perbedaan rezeki dan kesuksesan yang ada?
Baca Juga: Tujuh Penghambat Rezeki Datang, Nomer 2 Sering Tak Disadari!
Benarkah rezeki dari Allah tidak akan tertukar?
Sebelum kita membahas mengenai apakah rezeki bisa tertukar, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai apa itu rezeki. Segala pemberian Allah yang memiliki daya guna, bermanfaat, dan manusia dapat memanfaatkannya sebagai sumber kehidupan, hal tersebut merupakan rezeki. Tak hanya itu dapat pula mengartikan rezeki sebagai bentuk karunia, anugrah, atau pemberian dari Allah untuk makhluknya.
Dalam QS Ar-Rum: 40, Allah menyatakan bahwa hanya Dia yang menciptakan manusia, memberikan rezeki, dan mematikan kemudian menghidupkan mereka kembali. Tak ada satu pun dari sekutu yang manusia agungkan mampu melakukan hal yang sama seperti Allah. Maha Suci Dia dan terpelihara dari apa yang manusia anggap sebagai persekutuan. Hal ini menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas kehidupan dan kematian, serta mengajak manusia untuk hanya menyembah-Nya semata.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat tersimpulan bahwa bentuk rezeki tidak hanyalah sebatas dalam bentuk material uang, namun meliputi seluruh aspek kehidupan seperti kesehatan, keluarga, kepandaian, dan lain sebagainya.
Terkadang manusia terlalu fokus pada nikmat rezeki berupa uang sampai melupakan nikmat lainnya yang telah Allah berikan.
Dalam HR. Muslim Allah menjamin rezeki yang seseorang bahkan sebelum ia lahir, sehingga tidak mungkin rezeki kita tertukar dengan orang lain karena rezeki tersebut telah Allah atur dari ribuan tahun sebelum kita lahir ke dunia.
“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu dapat berbuat demikian? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutuan.”
Selain hadis tersebut Allah juga telah menjelaskan bahwa rezeki seseorang telah Allah atur dalam surah Hud ayat 6 yang berbunyi:
“Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu dapat berbuat demikian? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutuan.” (QS. Hud : 6)
Jika begitu untuk apa bekerja?
Meskipun Allah menjamin rezeki bagi setiap makhluk-Nya, hal ini tak boleh menjadi alasan untuk bermalas-malasan dan tidak berusaha. Sebaliknya, Allah memerintahkan kita untuk terus berusaha, berdoa, dan melakukan kebaikan sebanyak mungkin karena takdir tidak dapat terprediksi.
Dengan tekun dan gigih bekerja keras serta melakukan perbuatan baik, kita akan memperoleh kemudahan dalam mencapai takdir yang telah Allah tetapkan untuk kita. Oleh karena itu, jangan berhenti berusaha dan tetaplah memohon petunjuk-Nya agar kita selalu berada di jalan yang benar.
Para sahabatpun pernah bertanya pada Rasullah mengenai permasalah tersebut. Hal ini seperti dalam sebuah hadist yang berbunyi:
“Wahai Rasulullah! Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita dan meninggalkan amal-usaha?”
Dalam hadistnya, Rasulullah mengajarkan bahwa setiap manusia telah Allah SWT tentukan nasibnya, baik sebagai orang yang berbahagia maupun sengsara. Namun, hal tersebut tercermin dalam perbuatan dan tindakan yang orang tersebut lakukan.
Oleh karena itu, seseorang yang berbahagia akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang membawa kebahagiaan, sedangkan seseorang yang sengsara cenderung melakukan perbuatan yang menyebabkan kesengsaraan. Hadist ini menegaskan pentingnya bersikap positif dan mengarahkan tindakan ke arah yang positif agar dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Rasulullah melanjutkan dalam sabdanya: “Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara.” (H.R Muslim)
Dari hadits tersebut dapat kita simpulkan bahwa untuk mendapatkan rezeki, kita sebagai muslim perlu untuk berusaha karena takdir akan mengarah sesuai dengan apa yang telah ia perbuat.
Lalu mengapa Allah tidak melapangkan rezeki yang sebesar-besarnya bagi umat manusia?
Ada seseorang yang memiliki harta yang melipah, kesehatan, keluarga yang harmonis. Namun ada juga yang memiliki kondisi sebaliknya yang tidak memiliki salah satunya ataupun seluruhnya. Ingat bahwa Allah merupakan dzat yang maha mengetahui, ia telah menakdirkan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Allah juga mengetahui apa yang hamba-Nya butuhkan.
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (Q.S Asy-Syuraa: 27)
Mari kita tingkatkan rasa bersyukur pada apa yang telah kita miliki saat ini sebagai seorang hamba. Bisa saja apa yang saat ini kita miliki merupakan salah satu yang terbaik bagi kita meskipun kita belum menyadarinya. Sungguh Allah maha mengetahui segala sesuatu yang terbaik bagi hambanya.
Nasihat bagi yang rezekinya sedikit
Ingat sahabat Allah merupakan dzat yang maha pengasih, ia maha mengetahui hal terbaik bagi umatnya. Mari kita kurangi untuk mengeluh karena rezeki yang kita miliki lebih sedikit dibandingan dengan orang lain. Bisa saja itu merupakan bentuk ujian dari Allah dengan imbalan Allah menaikkan derajat kita sebagai umatnya yang tinggi di sisi Allah pada hari akhir nanti.
Editor: Dompet Dhuafa Jogja